Jakarta (ANTARA) - Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) menyatakan Kabupaten Solok, Sumatera Barat dan Kabupaten Kendal, Jawa Tengah menjadi contoh yang baik dalam menangani stunting dengan kasus cukup kompleks.

“Praktik baik audit kasus stunting memberikan pembelajaran bahwa salah satu upaya menurunkan stunting adalah dengan memutus mata rantai faktor risiko terjadinya stunting,” kata Deputi Bidang Keluarga Sejahtera dan Pemberdayaan Keluarga (KSPK) BKKBN Novian Andusti dalam keterangan di Jakarta, Selasa.

Berdasarkan data Survei Status Gizi Indonesia (SSGI) 2022, Kabupaten Solok mampu menurunkan stunting dari 40,1 persen pada 2021 menjadi 24,2 persen pada 2022, sedangkan Kabupaten Kendal berhasil menurunkan stunting dari 21,3 persen pada 2021 menjadi 17,5 persen pada 2022.

Salah satu kasus kompleks di Kabupaten Solok yaitu terdapat ibu hamil yang berusia sangat muda, yaitu 19 tahun, dengan kondisi menikah siri, anemia, kurang gizi, perokok pasif, serta kondisi psikologis sering menangis dan pingsan.

Kondisi diperparah karena ia tidak memiliki kartu keluarga dan BPJS akibat belum mempunyai buku nikah.

Intervensi yang dilakukan, katanya, dengan melibatkan berbagai sektor yaitu pengurusan isbat nikah oleh Pengadilan Agama, pengurusan dokumen pernikahan di KUA (Kantor Urusan Agama), dokumen kependudukan dan keluarga sasaran oleh Disdukcapil, serta pemberian makanan tambahan oleh Baznas.

Selain itu, dilakukan inovasi Gerakan Keluarga Hebat atasi Stunting (Galeh Santiang) oleh Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DP2KBP3A), pengusulan Data Terpadu Kesejahteraan Sosial (DTKS)-BPJS oleh Dinsos serta inovasi KASARO yaitu barter sampah dengan kebutuhan pokok untuk keluarga stunting.

Setelah adanya intervensi itu, terjadi kenaikan kondisi kesehatan ibu yakni Hb meningkat dari 8,8 pada Mei 2023 menjadi 11,3 pada September 2023.

Baca juga: BKKBN: Realisasi anggaran audit stunting masih sangat rendah

Kasus lainnya yang ditemukan di Solok, yakni bayi yang lahir prematur dengan berat badan 1,8 kilogram karena ibu kekurangan energi kronis dan anemia sehingga dilakukan intervensi yang sama dengan kasus sebelumnya ditambah pemantauan dan pendampingan secara berkala.

Pemantauan dilaksanakan oleh tim pakar audit kasus stunting (AKS) dan dokter spesialis anak serta pendampingan oleh tim pendamping keluarga dalam komunikasi, informasi, dan edukasi (KIE) kepada ibu dalam rangka melakukan perawatan metode kangguru (PMK) untuk penstabilan suhu.

Di Kabupaten Kendal, hasil AKS oleh tim pakar menetapkan sasaran 20 baduta dan enam ibu hamil dengan dua kasus kompleks.

Kasus pertama, anak stunting dengan ayah meninggal karena TBC setelah diskrining hasil mantoux test positif dan score TB>6 pada Juni 2023.

Pemberian obat TB dilakukan secara teratur, pola asuh yang benar, imunisasi, edukasi gizi, pemeriksaan rutin di posyandu, dan perilaku hidup bersih dan sehat dalam rumah tangga.

Baca juga: OIKN sambangi BKKBN pelajari praktik baik penanganan stunting

Upaya itu membuahkan hasil, yaitu terjadi kenaikan berat badan dan tinggi badan secara signifikan dari 5,9 kilogram dan 62 centimeter pada April 2023 menjadi 8 kilogram dan 69 centimeter pada September 2023.

Kasus selanjutnya, yakni anak di bawah usia dua tahun yang diasuh ibu dan nenek dengan ibu yang memiliki disabilitas intelektual bahkan sejak usia enam bulan hingga 14 bulan hanya diberi minum susu dan tidak diberikan makanan pendamping air susu ibu (MPASI) dengan alasan anak muntah bila diberi MPASI.

Intervensi kepada anak tersebut dilakukan melalui inovasi Jogo Tonggo Kasus Stunting (Joko Ting-Ting) yaitu pendampingan pengasuhan tetangga secara bergantian terhadap anak dengan kasus stunting yang tidak bisa diasuh oleh orang tua atau keluarga.

Selain itu, dilakukan penyisihan satu porsi masakan rumahan lengkap siap saji selama 90 hari tanpa putus yang disalurkan melalui tim pendamping keluarga (TPK) desa Program Bapak/Ibu Asuh Anak Stunting (BAAS).

Setelah 90 hari, anak tersebut berhasil lolos stunting dengan berat badan naik dan tinggi badan meningkat dari 7,4 kilogram dan 72,1 centimeter menjadi 9 kilogram dan 78,3 centimeter.

Baca juga: Kepala BKKBN tekankan pentingnya kontrol kehamilan di Kota Pekalongan
Baca juga: Kepala BKKBN usulkan materi stunting dibahas dalam debat capres

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: M. Hari Atmoko
Copyright © ANTARA 2023