Saya sudah berusaha secara maksimal, termasuk dengan berkeliling kelima benua untuk menggalang dukungan"Kuala Lumpur (ANTARA News) - Tokoh bulutangkis nasional Justian Suhandinata gagal menjabat Presiden Feferasi Bulutangkis Dunia (BWF) setelah dikalahkan Poul-Erik Hoyer Larsen asal Denmark dalan pemungutan suara yang berlangsung ketat di Hotel Double Three Kuala Lumpur, Sabtu. Namun Justian dengan sportif mengakui kekalahannya ini.
Justian harus mengakui keunggulan Poul, juara tunggal putra Olimpiade Atlanta 1996 yang kini berusia 47 tahun, dengan perbandingan suara 120-145.
Usai penghitungan suara dengan Poul Erik dinyatakan pengganti Kang Young Joong asal Korea Selatan, Justian secara sportif langsung mendatangi saingannya itu untuk memberikan selamat, diiringi tepuk tangan lebih dari 200 para peserta sidang tahunan BWF itu.
Kepada Antara dan AFP, Justian mengatakan bahwa ia sudah melakukan apa yang bisa dilakukan untuk menduduki kursi tertinggi di federasi bulutangkis itu. "Saya sudah berusaha secara maksimal, termasuk dengan berkeliling kelima benua untuk menggalang dukungan dan sudah mendapat cukup banyak dukungan, terutama negara asal Afrika dan Asia," katanya.
"Namanya kompetisi, tentu ada yang kalah dan ada yang menang. Saya tidak terlalu berkecil hati dengan hasil ini karena saya sudah berusaha maksimal. Soal hasilnya, ini mungkin kehendak yang Di Atas," kata Justian yang juga gagal saat pencalonan pada 2001 di Sevilla, Spanyol.
Kepala Perkumpulan Bulutangkis Tangkas Jakarta mengatakan kunci kemenangan Poul Erik adalah dukungan penuh dari perwakilan benua Eropa.
"Saya lihat kawasan Eropa sangat kompak dalam memberikan dukungan untuk Poul Erik dan ia juga mendapat dukungan dari sebagian negara-negara Amerika Selatan," kata Justian, pria berusia 67 tahun, terpaut 20 tahun dari Poul.
Dukungan dari Amerika Selatan tidak lepas dari peran Wakil Presiden BWF Gustavo Salazar asal Peru yang membantu menggalang suara dari benua yang tidak begitu mengenal cabang bulutangkis itu.
Meski kembali gagal menjadi orang kedua Indonesia yang menjadi presiden federasi bulutangkis internasional setelah Ferrry Sonneville pada 1970-an, Justian menegaskan tetap berkomitmen memajukan bulutangkis, tidak hanya di Tanah Air, tapi juga secara internasional.
"Kalau dilihat kelemahan dari Poul Erik, itu barangkali karena ia masih kurang pengalaman memimpin organisasi bulutangkis internasional karena ia hanya mengandalkan pengalaman dua tahun memimpin federasi bulutangkis Eropa," katanya.
Dia menyatakan siap untuk diajak berdiskusi oleh Poul Erik atau untuk memberikan masukan dalam memajukan bulutangkis dunia.
Sementara itu Poul Erik yang berpenampilan tenang dan cukup dikenal di kalangan penggemar bulutangkis Tanah Aira pada awal 1990-an mengatakan bahwa sebagai orang nomor satu di organisasi bulutangkis dunia, ia pasti akan memikul tanggung jawab yang berat tahun-tahun mendatang.
"Pasti tantangan dan tanggung jawab yang harus saya hadapi sangat berat, terutama untuk menjadikan bulutangkis tetap dipertahankan di Olimpiade dan juga bagaimana bulutangkis lebih dikenal lagi," kata pria kelahiran 20 September 1965 ini.
Pewarta: Atman Ahdiat
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013