Jakarta (ANTARA) - TNI Angkatan Laut dalam proses memproyeksikan postur kekuatannya pada 2025–2045 dengan menyoroti ancaman perang modern yang melibatkan di antaranya penggunaan teknologi nirawak, satelit, dan jaringan komunikasi dan data (network-centric warfare).
Kepala Staf TNI Angkatan Laut (Kasal) Laksamana TNI Muhammad Ali saat acara diskusi membahas proyeksi kekuatan TNI AL di Balai Samudera, Jakarta, Senin, menjelaskan hasil rumusan itu nantinya mendukung Visi Indonesia Emas 2045, yaitu visi Indonesia sebagai negara maju saat RI berusia 100 tahun.
“Visi Indonesia Emas sebagai negara Nusantara berdaulat, maju, berkelanjutan harus ditunjang kekuatan maritim dan pertahanan yang merupakan modal pertama pembangunan nasional. TNI Angkatan Laut harus bertransformasi cepat dalam aspek profesionalitas serta pengembangan kapasitas,” kata Laksamana Ali dalam acara Sarasehan TNI AL di Balai Samudera, Jakarta, Senin.
Dia menjelaskan transformasi itu ditempuh di antaranya melalui akuisisi teknologi-teknologi mutakhir, penguatan kelembagaan, dan pembaharuan doktrin serta taktik dalam mengantisipasi ancaman perang modern.
“Tantangan ke depan ini lebih bervariasi, terutama masalah cyber war (perang siber), proxy war. Itu juga sudah kita antisipasi, dan bagaimana peperangan konvensional dan non-konvensional juga akan kami hadapi,” kata Kepala Staf TNI AL.
Dari hasil diskusi saat acara Sarasehan, Laksamana Ali menyoroti penggunaan teknologi mutakhir seperti satelit dan alutsista nirawak dalam menyusun postur kekuatan TNI AL 2025–2045.
“Untuk masalah satelit, kami akan mengembangkan Puskodal-Puskodal (Pusat Komando dan Pengendalian) kita harus bisa interoperability dan kita bisa melaksanakan network-centric warfare, dan mempunyai kemampuan C4ISR (Komando, Kendali, Komunikasi, Komputer, Intelijen, Pengamatan dan Pengintaian),” kata Laksamana Ali menjawab pertanyaan ANTARA saat ditemui selepas acara.
Network-centric warfare (NCW) merupakan salah satu jenis peperangan modern yang melibatkan jaringan data dan komunikasi secara real time untuk menghubungkan markas/pusat komando dengan unit-unit satuan tempur. TNI setidaknya sejak 2021 berupaya mengembangkan infrastruktur untuk mengantisipasi perang berbasis jaringan itu, sementara TNI AL pada kuartal pertama 2023 mulai menyiapkan alat-alat berikut sumber daya manusia (SDM) untuk mengantisipasi network-centric warfare.
Tidak hanya itu, Kasal menyebut akuisisi teknologi nirawak seperti drone/pesawat nirawak (UAV), kapal nirawak/unmanned surface vehicle (USV), dan kapal selam nirawak/unmanned underwater vehicle (UUV) juga menjadi bagian penting dalam proyeksi postur kekuatan TNI AL sampai 2045.
“Itu semua akan kami siapkan dan itu kami masukkan dalam postur rencana dari 2025–2045. Jadi renstra (rencana strategis) seperti postur. Postur itu sampai 100 tahun Indonesia di 2045. Indonesia Emas,” kata Laksamana Ali.
Dalam acara itu, TNI AL menghadirkan sejumlah pembicara, di antaranya Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta Sri Sultan Hamengku Buwono X, Ketua Umum PPAL Laksamana TNI (Purn.) Siwi Sukma Adji, dan Deputi V Kepala Staf Kepresidenan Jaleswari Pramodhawardani.
Sri Sultan HB X dan Laksamana TNI (Purn.) Siwi mendalami aspek filosofis dalam proses transformasi TNI AL, yang antara lain menyoroti budaya bahari sebagai identitas bangsa, identitas prajurit TNI AL, sementara Jaleswari membahas situasi geopolitik, ancaman perang modern, dan kebutuhan TNI AL dalam mengantisipasi ancaman ke depan.
Baca juga: TNI AL benahi pengendalian operasi kapal selam
Baca juga: TNI AL pastikan modernisasi alutsista
Pewarta: Genta Tenri Mawangi
Editor: Budi Suyanto
Copyright © ANTARA 2023