Jasa kini menyumbang setidaknya setengah dari lapangan kerja dan memberikan nilai tambah di sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
Jakarta (ANTARA) - Kepala Ekonom Bank Dunia untuk Asia Timur dan Pasifik Aaditya Mattoo mengatakan sektor jasa memainkan peran semakin besar dalam perekonomian di kawasan Asia Timur dan Pasifik.
"Jasa kini menyumbang setidaknya setengah dari lapangan kerja dan memberikan nilai tambah di sebagian besar negara-negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik," kata Aaditya dalam konferensi pers virtual Laporan World Bank East Asia and Pacific Economic Update Oktober 2023 di Jakarta, Senin.
Aaditya menuturkan dalam jangka menengah dan panjang, pengembangan jasa akan menjadi hal penting bagi pembangunan Asia Timur dan Pasifik secara keseluruhan.
Baca juga: Bank Dunia proyeksikan ekonomi Indonesia tumbuh 5 persen pada 2023
Menurut dia, pesatnya pertumbuhan ekonomi Asia Timur dalam beberapa dekade terakhir sering kali dianggap didorong oleh sektor manufaktur. Namun, sektor jasa memainkan peran yang semakin berkembang, namun seringkali kurang dihargai, sebagai pendorong utama pertumbuhan ekonomi dan penciptaan lapangan kerja.
Dari 2010 hingga 2021, pangsa lapangan kerja di bidang jasa meningkat dari 35 persen menjadi 47 persen di China dan dari 42 persen menjadi 49 persen di negara-negara Asia Timur dan Pasifik lainnya.
Sektor jasa memberikan kontribusi yang lebih besar dibandingkan manufaktur terhadap pertumbuhan produktivitas tenaga kerja di semua negara besar di kawasan Asia Timur dan Pasifik selama satu dekade terakhir. Ekspor dan investasi asing langsung (Foreign Direct Investment) juga tumbuh lebih cepat di sektor jasa dibandingkan manufaktur.
Laporan tersebut mengungkapkan di sebagian besar negara di kawasan Asia Timur dan Pasifik, pada periode 2012–2019, pertumbuhan FDI di bidang jasa telah melebihi pertumbuhan FDI di bidang manufaktur sebesar lima kali lipat.
Selain itu, pentingnya jasa akan semakin meningkat seiring dengan beralihnya permintaan konsumen ke jasa dengan meningkatnya pendapatan dan populasi yang menua di seluruh wilayah. Karena jasa cenderung mempekerjakan lebih banyak pekerja terampil dibandingkan manufaktur atau pertanian, semakin besarnya pangsa sektor jasa akan meningkatkan permintaan relatif terhadap pekerja terampil.
Di sisi lain, sebagian besar jasa kecuali transportasi mengeluarkan gas rumah kaca yang jauh lebih rendah untuk setiap unit output yang dihasilkan dibandingkan industri dan pertanian. Oleh karena itu, transformasi struktural menuju jasa akan mendukung peralihan kawasan itu menuju pertumbuhan rendah karbon.
"Jasa lebih padat keterampilan, lebih padat karya dengan pekerja perempuan, dan lebih sedikit karbon dibandingkan manufaktur," ujarnya.
Baca juga: Bank Dunia revisi proyeksi pertumbuhan ekonomi Asia Timur dan Pasifik
Lebih jauh lagi, liberalisasi di bidang jasa dikaitkan dengan peningkatan produktivitas tenaga kerja sebesar 3,1 persen di perusahaan manufaktur yang menggunakan input jasa, sehingga memberikan manfaat yang paling signifikan bagi usaha kecil dan menengah.
Untuk memastikan pembangunan jasa bersifat inklusif dan berkelanjutan, Bank Dunia merekomendasikan negara-negara Asia Timur dan Pasifik mengambil tiga tindakan kebijakan, yakni mengupayakan liberalisasi dan regulasi, dan menilai bagaimana negara perlu melengkapi perusahaan swasta dalam menciptakan infrastruktur dan keterampilan yang dibutuhkan untuk memanfaatkan peluang yang muncul.
Kemudian, perlu melengkapi reformasi domestik unilateral dengan tindakan kooperatif internasional untuk mengatasi kegagalan pasar jasa yang memiliki dimensi lintas batas. Salah satu contohnya adalah kebutuhan untuk memastikan bahwa aliran data yang penting bagi perekonomian jasa global tidak terhambat oleh heterogenitas pendekatan peraturan nasional terhadap privasi dan keamanan siber.
Baca juga: Bank Dunia usul cara tingkatkan pinjaman hingga lebih 100 miliar dolar
Untuk memajukan agenda liberalisasi, diperlukan penanganan terhadap kebijakan pembatasan masuk dan persaingan di pasar jasa Asia Timur dan Pasifik, mulai dari pemberian izin yang bersifat diskresioner dan tidak jelas hingga pembatasan kepemilikan asing.
Secara paralel, negara-negara perlu melembagakan kerangka peraturan yang mengatasi distorsi pasar lama dan baru, termasuk konsentrasi dan penyalahgunaan data yang dapat timbul di pasar yang didominasi oleh platform digital.
Pewarta: Martha Herlinawati Simanjuntak
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023