Jakarta (ANTARA News) - Penurunan suku bunga Bank Indonesia sebesar 25 basis poin yang diputuskan Kamis merupakan tanda sikap kehati-hatian BI dalam merespon perkembangan makro ekonomi yang terjadi di dalam dan luar negeri. "BI terkesan hati-hati dan konservatif sehingga hanya turun 25 basis poin, karena BI masih mempertimbangkan potensi kenaikan suku bunga di Amerika Serikat yang kini mencapai 5,25 persen dan lonjakan harga minyak dunia yang sudah di atas 70 dolar AS per barel," kata pengamat ekonomi Ryan Kiryanto di Jakarta, Kamis. Ryan mengatakan, BI juga terkesan hati-hati merespon turunnya inflasi, karena potensi inflasi naik terutama di daerah-daerah bencana alam karena faktor "demand pull inflation" dan "cost push inflation". Namun, menurutnya jika di bulan-bulan berikutnya inflasi turun secara berkelanjutan maka potensi BI rate untuk turun secara terus menerus juga makin terbuka. Untuk itu diharapkan pada semester dua ini tidak ada kejutan-kejutan berarti yang bisa merusak semua skenario tersebut. Rapat Dewan Gubernur (RDG) Bank Indonesia (BI), di Jakarta memutuskan, untuk menurunkan suku bunga BI atau BI rate menjadi 12,25 persen dari sebelumnya 12,50 persen atau turun 25 basis poin. Bulan Juni lalu BI masih mempertahankan suku bunga pada level 12,50 persen, setelah sebelumnya pada Mei BI rate turun sebesar 25 basis poin menjadi 12,50 persen.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006