Ingin merasakan sensasi berjalan di ketinggian sambil melihat apa yang terjadi di bawah?
Datanglah ke Skytree Tokyo, menara yang baru dibuka setahun lalu itu sekarang mengalahkan popularitas Menara Tokyo dan menjadi bangunan tertinggi di Tokyo.
Menara dengan ketinggian 634 meter yang dibuka 22 Mei 2012 itu membuat ribuan turis setiap hari datang untuk menikmati pemandangan Kota Tokyo dari ketinggian.
"Rata-rata sekitar 20.000 pengunjung datang ke sini setiap hari," ujar staf Humas Tokyo Skytree, Shota Mitsui.
Kini, belum sampai setahun sejak dibuka untuk umum, pengunjung menara tersebut sudah lebih dari lima juta orang.
"Kebanyakan turis dari Asia, seperti China dan Korea," tambah Shota yang mendampingi sejumlah jurnalis Indonesia mengelilingi tower.
Meski tinggi menara itu 634 meter, namun posisi tertinggi yang dapat disinggahi turis adalah 450 meter. Menara ini memang tidak menggunakan "lantai" sebagai petunjuk ketinggian, melainkan "meter".
"Karena ini menara, bukan gedung, tidak setiap ketinggian mempunyai lantai," jelas Shota.
Turis dewasa dapat menikmati pemandangan kota Tokyo dari ketinggian 350 meter di Tembo Deck dengan membayar tiket seharga 2.000 yen (sekitar Rp200.000).
Untuk dapat naik ke ketinggian 450 meter, pengunjung harus merogoh kocek lebih dalam, dengan membeli tiket berikutnya seharga 1.000 yen (Rp100.000).
Ruangan melingkar di ketinggian 350 meter itu mampu menampung 2.000 orang sekaligus, sedangkan ruangan di ketinggian 450 meter berkapasitas 900 orang.
Dari ketinggian 350 meter, pengunjung dapat melihat pemandangan pusat kota Tokyo dengan kesibukan lalu lintasnya.
Pengunjung juga dapat melihat pertemuan Sungai Sumida dan Sungai Arakawa serta jembatan-jembatan di atasnya.
Pagoda di kuil tertua Kota Tokyo, Kuil Sensouji, di Asakusa juga tampak di kejauhan.
Di menara yang menjadi menara penyiaran sembilan stasiun televisi itu, pengunjung juga dapat menikmati sensasi berjalan di atas lantai transparan.
Melalui lantai kaca tersebut, pengunjung dapat melihat apa yang terjadi di bawah. Lalu lintas di bawah gedung tampak jelas dari atas, membuat orang seolah-olah berjalan melayang di ketinggian.
Pilihan
Agak mengherankan ketika mengetahui menara tersebut diberi nama dalam bahasa Inggris bukan Jepang.
Ternyata nama untuk menara yang pembangunannya memakan waktu tiga tahun delapan bulan itu, Skytree, adalah pilihan masyarakat Jepang.
"Awalnya ada enam nama yang disiapkan, dan Skytree lah yang paling banyak dipilih sehingga nama itu yang dipakai," kata Shota serta menyebutkan beberapa pilihan nama yang disiapkan seperti Edo Tawa (Edo Tower), Raijingu Tawa dan Yumemi Yagura.
Nama Skytree atau kadang ditulis terpisah Sky Tree dipilih oleh 33.000 dari 110.000 suara yang masuk.
Menara yang utamanya dibangun untuk merelay siaran radio dan televisi yang sudah tidak bisa lagi dilakukan Tokyo Tower (333m) yang sudah dikelilingi gedung tinggi itu, juga menyediakan restoran dan area perbelanjaan.
Kawasan menara yang dibangun di lahan seluas 36.900 meter persegi dan menghabiskan biaya total 140 miliar yen (sekitar Rp14 triliun) itu juga menyediakan halaman terbuka dilengkapi bangku-bangku.
Jadi, setelah menikmati pemandangan kota Tokyo dari ketinggian, pengunjung dapat duduk duduk santai sambil menikmati kudapan atau malah makan siang sambil memandangi menara berwarna putih tersebut.
(F005)
Oleh Fitri Supratiwi
Editor: Maryati
Copyright © ANTARA 2013