Jakarta (ANTARA News) - Pengamat politik Gugus Joko Waskito mengatakan, calon petahana dalam pemilihan kepala daerah bukan tak terkalahkan dan sudah banyak pemilihan kepala darah, baik tingkat provinsi maupun kabupaten/kota, yang membuktikan hal itu.

"Terbaru adalah dalam pemilihan gubernur Bali 15 Mei kemarin. Calon incumbent (petahana) Mangku Pastika yang berpasangan dengan Ketut Sudikerta kalah dalam hitung cepat sementara," kata Gugus dalam pernyataan tertulis yang diterima di Jakarta, Kamis.

Menurut direktur Lembaga Kajian dan Survei Nusantara (Laksnu) itu, calon petahana atau yang masih menjabat kepala daerah memang memiliki dukungan dana yang besar dan peluang memanfaatkan jaringan birokrasi, akan tetapi masyarakat pemilih juga semakin cerdas dalam menentukan pilihan.

Yang menarik, kata Gugus, sebagaimana dalam Pilgub DKI Jakarta 2012, pasangan petahana di Pilgub Bali juga didukung oleh Partai Demokrat. Tren berbagai lembaga survei yang melakukan survei nasional akhir-akhir ini mempersepsikan bahwa elektabilitas Partai Demokrat sedang turun drastis.

"Ditambah ketidakpercayaan masyarakat terhadap incumbent menjadikan faktor utama kekalahan Mangku Pastika yang tadinya diprediksi menang karena selain incumbent yang menguasai jaringan birokrat juga punya mesin partai yang kuat," kata Gugus.

Menurut dia, kasus serupa bisa terjadi dalam pilgub yang akan dilaksanakan di sejumlah provinsi, misalnya Jawa Timur. Di Pilgub Jatim pada Agustus mendatang pasangan petahana Soekarwo-Saifullah Yusuf (KarSa) yang didukung oleh banyak partai di bawah komando Partai Demokrat akan melawan Khofifah Indar Parawansa-Herman Surjadi Sumawiredja yang diusung PKB bersama beberapa partai nonparlemen dan Bambang DH-Said Abdullah yang diusung PDIP.

Menurut Gugus, Pilgub Jatim 2013 akan menjadi pertarungan ulang Soekarwo-Saifullah Yusuf dengan Khofifah yang kini berpasangan dengan mantan Kapolda Jatim Herman SS. Gugus menilai peluang pasangan Bambang DH-Said Abdullah tidak terlalu besar.

"Soekarwo-Gus Ipul menurut hasil survei terakhir elektabilitasnya merangkak tipis dan sudah stagnan, sedangkan Khofifah dengan keterbatasan logistik dan partai pendukung yang minimalis justru elektabilitasnya naik tajam. Bukan tidak mungkin apa yang terjadi di Pilgub Bali terulang di Pilgub Jatim," katanya.
(S024/Z002)

Pewarta: Sigit Pinardi
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013