Dhaka (ANTARA News) - Hujan yang dipicu oleh topan telah membuat sebagian besar wilayah di Ibu Kota Bangladesh, Dhaka, terendam air setinggi lutut sejak Kamis pagi, sehingga membuat kacau kehidupan warga dan seluruh kegiatan usaha.
Para pejabat mengatakan topan "Mahasen", yang memasuki daratan di garis pantai Bangladesh Selatan, Kamis pagi, sebagai Topan Kategori 1 dengan angin berkekuatan 100 kilometer per jam, "tampaknya telah melemah" setelah hujan lebat.
Topan tersebut telah menewaskan 10 orang di jalurnya di tempat lain di negeri itu.
Motiur Rahman, pengamat cuaca di Departemen Meteorologi Bangladesh, mengataka kepada Xinhua curah hujan sebanyak 45 milimeter mengguyur selama enam jam sampai pukul 12.00 waktu setempat di Dhaka, tempat tinggal 15 juta orang.
Ia mengatakan curah hujan paling banyak di negeri tersebut dalam enam jam sampai pukul 12.00 ialah 121 milimeter di Patuakhali, sekitar 204 kilometer di sebelah selatan Dhaka, tempat topan tropis tersebut pertama kali mendarat pada Kamis pagi sekitar pukul 07.00 waktu setempat.
Hujan lebat itu, yang mulai mengguyur Dhaka pada Kamis pagi, melumpuhkan kehidupan dan kegiatan bisnis di kota tersebut sampai tahap tertentu, demikian laporan Xinhua, Kamis malam.
Banyak kendaraan terdampar di jalan yang direndam air dan warga terjebak di dalam rumah sementara banyak daerah rendah direndam air.
Karena khawatir terhadap resiko terdampar, kebanyakan rikshaw motor roda-tiga, dan taksi menghindari jalan yang rentan genangan air.
Banyak kendaraan masih terjebak di jalan dengan air setinggi lutut-sampai-pinggang di banyak tempat, sementara pengemudinya terlihat mendorong kendaraan mereka ke luar dari kubangan air.
Hujan lebat pada Kamis juga memperlihatkan kondisi buruk sistem saluran air di Dhaka.
Jalan utama dan jalan lain menghadapi masalah serius berupa genangan air. Akibatnya pelajar tak bisa bersekolah, sementara banyak pekerja, pedagang dan pegawai tak bisa sampai ke tempat kerja tepat pada waktunya.
Namun rikshaw muncul sebagai sarana untuk melewati daerah yang digenangi air tapi penariknya mengenakan ongkos beberapa kali lipat dari ongkos biasa.
Sementara itu seorang pejabat mengatakan orang bahkan tak bisa jalan kaki sama sekali untuk sampai ke tujuan sebab banyak jalan digenangi lumpur setelah hujan."
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013