Menag menyampaikan hal itu saat menghadiri peluncuran Gerakan Keluarga Maslahat Nahdlatul Ulama (GKMNU) tingkat Provinsi Jawa Barat di Kabupaten Bandung, Jumat (29/9), demikian keterangan yang diterima di Jakarta, Sabtu malam.
"Jika ingin mengubah peradaban, mustahil jika tidak dimulai dari keluarga," kata Yaqut, yang juga menjabat sebagai Ketua Satgas Nasional GKMNU.
Menurut Menag keberadaan GKMNU mengubah cara berorganisasi NU, yakni dengan melibatkan warga hingga akar rumput, termasuk keluarga.
"Jadi, pengurus harus mengurus warganya, bukan menjadi urusan warganya," ujarnya.
Baca juga: PBNU sosialisasikan GKMNU untuk wilayah Jatim
Menag berharap GKMNU menjadi sebuah gerakan yang mendatangkan banyak manfaat, tidak hanya bagi organisasi, tetapi juga kepada warga NU baik secara ekonomi maupun politik.
Oleh karena itu, Yaqut meminta komitmen sekira 12 ribu hadirin untuk bergerak bersama di lapangan memberi makna kehadiran jamaah NU di tengah masyarakat di semua bidang.
"Kita harus lebih bermakna. Kita harus bekerja untuk jamaah dan jam'iyah kita. Sanggup, ya?" katanya.
Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Yahya Cholil Staquf menjelaskan GKMNU sebagai gerakan yang sudah dilakukan oleh para ulama. Hanya saja, gerakan kali ini sebagai amalan organisasi, bukan lagi pribadi.
"Ini kita lakukan sebagai amalan organisasi yang dulu dilakukan secara pribadi. Mari kita bawa organisasi ini menjadi ke arah pengasuhan, pengayoman, dan pendampingan masyarakat," ujar Yahya.
Turut hadir dalam acara tersebut yakni Wakil Ketua Komisi VIII DPR RI Ace Hasan Syadzily, Pj. Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin, Kapolda Jawa Barat Akhmad Wiyagus, Rois Syuriah PWNU Jawa Barat KH Abun Bunyamin, Rois Tanfidziyah PWNU Juhadi Muhammad, serta seluruh pengurus dan warga Nahdlatul Ulama se-Jawa Barat.
Baca juga: Menag tekankan Indonesia bukan hanya milik satu agama
Baca juga: Rekomendasi Munas NU sebut kekerasan di Rempang harus dihentikan
Pewarta: Sean Muhamad
Editor: Gilang Galiartha
Copyright © ANTARA 2023