"Saya dengan menyesal mengumumkan kepada para penonton film bahwa kami membatalkan Festival Film Oranye Emas Antalya tahun ini yang dijadwalkan pada 7-14 Oktober karena kejadian di luar kendali kami," kata Wali Kota Antalya Muhittin Bocek dalam sebuah unggahan di X.
Festival yang disebut-sebut paling bergengsi di Turki itu pekan lalu menghapus film dokumenter "Kanun Hukmu" atau "Dekrit" dari daftar tayang.
Film itu bercerita tentang seorang dokter dan guru yang dipecat dari pekerjaannya sebagai pegawai pemerintah saat negara itu dalam keadaan darurat setelah upaya kudeta yang gagal pada 2016.
Pada Kamis (28/9), panitia festival membatalkan keputusan itu setelah banyak sutradara menarik filmnya dan anggota juri mengundurkan diri sebagai protes terhadap sensor dan ancaman pada ekspresi artistik.
Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata Turki juga menarik dukungannya pada festival itu pada hari yang sama seraya menuding penyelenggara membiarkan "propaganda teror".
Panitia festival kemudian menghapus film itu lagi dan pemerintah kota pada Jumat membatalkan seluruh festival.
Nejla Demirci, sutradara film dokumenter tersebut, menolak tuduhan pemerintah soal propaganda. Dia mengatakan bahwa tidak seorang pun tokoh yang ditampilkan dalam dokumenter itu dihukum atas kejahatan.
Setelah kudeta yang gagal, pemerintah memecat lebih dari 125.000 pegawai negeri yang dianggap terlibat dengan upaya kudeta.
Pemerintah membela tindakan tersebut atas alasan keamanan nasional.
Para kritikus mengatakan pemerintah Turki menggunakan kudeta yang gagal sebagai alasan untuk meredam perbedaan pendapat.
Sumber: Reuters
Baca juga: Madani International Film Festival 2023 angkat isu Palestina
Baca juga: Film "Budi Pekerti" dapat respons positif audiens di festival Toronto
Penerjemah: M Razi Rahman
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023