Mugla, Turki (ANTARA) - Turki menjadikan pemulihan perjanjian pangan Laut Hitam sebagai agenda utama dalam upaya diplomatiknya di sela sidang ke-78 Majelis Umum di New York, kata Menteri Luar Negeri Hakan Fidan dalam konferensi pers saat mengunjungi Provinsi Mugla di selatan Turki, Jumat.

Dia mengungkapkan perang Rusia-Ukraina menjadi inti dari sejumlah pertemuan diplomatik dengan Presiden Recep Tayyip Erdogan di New York.

Dia menyebut perang itu berpotensi mengacaukan perdagangan di kawasan Laut Hitam.

Turki menempuh berbagai upaya penting dalam menghentikan perang dan menyediakan layanan atas dasar kemanusiaan, kata Fidan.

"Menghentikan perang tentu saja menjadi prioritas utama kami karena menyebabkan kerugian besar bagi kawasan itu dan dunia," lanjut dia.

Baca juga: PBB khawatirkan serangan Rusia ke fasilitas pangan Ukraina

Fidan menambahkan penghentian sementara prakarsa pangan Laut Hitam tidak hanya mempengaruhi kawasan tersebut tapi seluruh umat manusia, terutama Afrika.

"Tahun lalu, di bawah kepemimpinan presiden kami, negosiasi telah menyelesaikan masalah ini. Tahun ini, kami melanjutkan upaya kami mengenai hal ini," ujar dia.

Di tengah upaya meneruskan ekspor pertanian Ukraina setelah berakhirnya perjanjian pangan Laut Hitam pada Juli, Kiev dan mitranya mencari rute darat untuk mencapai pasar dunia.

Rusia menolak memperpanjang perjanjian pangan itu karena menurut mereka Barat tidak memenuhi kewajibannya dan bahwa masih ada pembatasan terhadap ekspor makanan dan pupuk Rusia.

Moskow secara khusus mengkritik pembatasan pembayaran, logistik dan asuransi.

Tahun lalu, PBB dan Turki menjadi perantara perjanjian pangan yang membuat Ukraina dapat mengirimkan pangannya melalui Laut Hitam dan berhasil menurunkan harga pangan global.

Baca juga: Latvia bantu Ukraina eksporkan pangan via Baltik

Sumber: Anadolu

Penerjemah: Yoanita Hastryka Djohan
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2023