Taipei (ANTARA) - Taiwan pada Kamis meluncurkan kapal selam militer pertama buatan sendiri yang diberi nama "Narwhal" di kota pelabuhan Kaohsiung.
Peluncuran itu disebut oleh sang pemimpin, Tsai Ing-wen, sebagai tonggak sejarah dalam "kemandirian pertahanan" di tengah ketegangan di Selat Taiwan.
Dalam sebuah upacara, Tsai mengatakan di depan kapal tersebut bahwa hari itu akan dikenang selamanya sebagai peluncuran kapal selam yang dirancang dan dibangun sendiri oleh orang-orang Taiwan.
Kapal itu akan diuji di laut mulai Oktober dan dijadwalkan akan dikirim ke angkatan laut pada akhir 2024, menurut laporan media lokal.
Tsai mengatakan kapal selam sangat penting bagi AL Taiwan dalam hal strategi dan taktik untuk mengembangkan “kekuatan tempur asimetris” untuk menghadapi negara yang lebih kuat, yaitu China, dengan memanfaatkan kelemahannya.
Selain pengadaan senjata dari luar negeri, Taiwan juga harus menerapkan kemandirian pertahanan guna mengembangkan kemampuan tempur dan kemampuan pertahanan yang lebih tangguh, katanya.
Sejak menjabat pada Mei 2016, Tsai telah mendorong kebijakan untuk merancang dan memproduksi pesawat, kapal, dan kapal selam militer di dalam negeri.
Proyek kapal selam dalam negeri diluncurkan pada 2017 dan membuat terobosan besar pada 2018 ketika Departemen Luar Negeri AS mengizinkan produsen Amerika untuk menjual teknologi kapal selam ke Taiwan.
Kapal selam Narwhal yang diproduksi oleh pembuat kapal Taiwan CSBC Corp memiliki panjang sekitar 70 meter di kelas 2.500-3.000 ton. Anggaran sebesar 49,3 miliar New Taiwan Dollar (Rp23,77 triliun) telah dialokasikan untuk kapal selam pertama itu.
Taiwan ingin membangun kapal selam lainnya pada 2027, menurut media lokal, sehingga pulau itu akan memiliki tiga kapal selam siap tempur pada 2025 dan empat kapal selam pada 2027, termasuk dua kapal selam kelas Chien Lung yang dibeli dari Belanda pada 1980-an.
Huang Shu-kuang, yang bertanggung jawab atas pembangunan kapal selam, mengatakan kepada media Taiwan bahwa dua kapal selam baru yang akan dibangun pada 2027 akan dikerahkan untuk mempertahankan perairan di sekitar Taiwan dan wilayah Suao di Yilan di timur laut Taiwan hingga Pulau Yonaguni di selatan Prefektur Okinawa Jepang.
China pada hari yang sama mengecam Partai Progresif Demokratik (DPP) yang berkuasa di Taiwan karena menyia-nyiakan uang pembayar pajak di pulau itu untuk membeli senjata.
“(Itu) menciptakan antagonisme dan konfrontasi lintas-selat yang hanya akan merusak perdamaian dan stabilitas di Selat Taiwan,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri China Mao Ning.
China yang dikuasai komunis memandang Taiwan, pulau yang diperintah secara demokratis, sebagai provinsi pemberontak yang harus disatukan dengan China daratan, jika perlu dengan kekuatan.
Juru bicara Kementerian Pertahanan China Wu Qian mengatakan bahwa proyek kapal selam tersebut menunjukkan bahwa Taiwan sedang mencoba melakukan sesuatu di luar kemampuannya.
“Tidak peduli berapa banyak senjata yang dibuat atau dibeli oleh otoritas DPP, mereka tidak dapat menghentikan reunifikasi tanah air, juga tidak dapat menggoyahkan tekad kuat, kemauan kuat, dan kemampuan kuat Tentara Pembebasan Rakyat (China) untuk mempertahankan kedaulatan nasional dan integritas wilayah,” kata Wu.
Sumber: Kyodo-OANA
Baca juga: China buka jalur kereta cepat lintas laut tercepatnya di Selat Taiwan
Baca juga: China: Latihan dekat Taiwan untuk memberantas "kesombongan" separatis
Penerjemah: Shofi Ayudiana
Editor: Anton Santoso
Copyright © ANTARA 2023