Menaikkan BI rate tidak terlalu banyak membantu, bahkan justru berpotensi menaikkan suku bunga kredit"
Yogyakarta (ANTARA News) - Pengamat ekonomi dari Universitas Paramadina Wijayanto menilai langkah menaikkan suku bunga acuan (BI rate) apabila terjadi kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) bersubsidi, tidak akan terlalu signifikan membantu menurunkan tingkat inflasi 2013.

"Rencana pengurangan subsidi BBM tentu akan berdampak pada kenaikan tingkat inflasi, lagi-lagi peran kebijakan BI dalam hal ini sangat terbatas, karena ini masalah `supply`. Menaikkan BI rate tidak terlalu banyak membantu, bahkan justru berpotensi menaikkan suku bunga kredit yang akan menghambat laju pertumbuhan ekonomi yang sudah relatif rendah untuk ukuran Indonesia atau 6,02 persen di kuartal pertama 2013," ujar Wijayanto melalui surat elektronik yang diterima di Yogyakarta, Rabu.

Wijayanto berpandangan bahwa kenaikan harga barang akhir-akhir ini lebih disebabkan oleh permasalahan "supply" atau pasokan, sehingga solusi non-moneter yang lebih tepat yaitu dengan memperbaiki tataniaga dan jaringan distribusi barang, terutama bahan makanan pokok.

Untuk memperkecil tingkat inflasi sendiri menurut dia, kebijakan BI yang bisa ditempuh adalah dengan menjaga stabilitas nilai rupiah untuk mengurangi ketidakpastian berusaha. Pada saat yang bersamaan, BI perlu menjaga nilai tukar rupiah pada level yang relatif tinggi guna menekan inflasi akibat kenaikan harga barang-barang impor, termasuk kenaikan harga BBM bersubsidi.

Secara umum dia mengatakan keputusan bank sentral menahan BI rate di level yang cukup rendah saat ini (5,75 persen) akan sangat menguntungkan dunia perbankan karena dapat menekan suku bunga pendanaan.

"Diharapkan suku bunga kredit juga akan ikut rendah sehingga mampu memberikan stimulus bagi dunia usaha. Sayangnya, struktur industri perbankan yang cenderung oligopolistik menjadikan hubungan antara BI rate dan suku bunga kredit tidak selalu berjalan paralel," kata dia.

Sebelumnya pada Selasa (14/5) Rapat Dewan Gubernur BI memutuskan mempertahankan suku bunga acuan di level 5,75 persen. Berdasarkan keterangan pers yang dipublikasi melalui situs resmi bank sentral, Dewan Gubernur BI menilai tingkat BI Rate tersebut masih konsisten dengan sasaran inflasi tahun 2013 dan 2014 sebesar 4,5 persen plus minus satu persen.

Bank sentral juga menyatakan meskipun indeks harga konsumen (IHK) bulan April 2013 mengalami deflasi, BI tetap mewaspadai tekanan inflasi yang berasal dari kenaikan ekspektasi inflasi terkait dengan rencana kebijakan BBM yang akan ditempuh pemerintah.

Pewarta: Rangga Pandu Asmara Jingga
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013