Jakarta (ANTARA News) - Kubu Republik berusaha menjatuhkan posisi Presiden Barack Obama dengan mengeksploitasi rangkaian skandal, termasuk menyangkut penyerangan kompleks diplomatik AS di Benghazi, Libya, beberapa tahun lalu, dan kerja pengumpulan pajak oleh Internal Revenue Service (IRS).
"Benghazi dan IRS telah mencederai mereka (pemerintah), namun mengenai yang satu lagi (penyitaan rekaman telepon wartawan Associated Press) saya ingin mendengar pembenarannya," kata Senator John McCain dari Republik kepada AFP.
McCain menyamakan rangkaian skandal ini seperti terjadi pada era pemerintahan Presiden Richard Nixon dan Lyndon Johnson: "Kami kira era itu telah lewat. Ternyata tidak."
Senator Republik lainnya, Orrin Hatch, juga menyoroti drama IRS. "Saya tak pernah menyaksikan hal seperti ini kecuali di masa lalu di era Nixon," kata dia.
Tentu saja Gedung Putih menolak penyamaan Obama dengan Nixon ini. Nixon terdepak pada 1974 setelah menutupi skandal penyadapan markas Partai Demokrat dan karena memanfaatkan audit pajak untuk menyerang musuh-musuh politiknya.
"Orang yang melakukan perbandingan seperti itu perlu mempelajari lagi sejarah," sergah juru bicara Gedung Putih Jay Carney seperti dikutip AFP.
Obama berusaha mengendalikan skandal ini tidak menjadi bola liar, diantaranya dengan menuduh kritik kubu Republik terhadap cara pemerintahannya menangani insiden Benghazi yang merenggut empat nyawa warga AS itu sebagai upaya politisasi.
Obama juga membalas kritik kubu Republik menyangkut IRS. "Saya sudah kehilangan kesabaran. Saya tak akan menoleransi ini," kata Obama seperti dikutip AFP.
Carney menandaskan tak ada seorang pun di Gedung Putih yang terlibat dalam skandal IRS yang adalah lembaga pemerintah independen.
Dia juga mengatakan Gedung Putih tak ada kaitannya dengan skandal penyitaan rekaman telepon wartawan Associated Press yang dihubung-hubungkan dengan soal keamanan nasional. "Masalah itu secara independen ditangani oleh Departemen Kehakiman," tandas Carney.
Editor: Jafar M Sidik
Copyright © ANTARA 2013