Cilacap (ANTARA) - Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST RDF) Cilacap memaksimalkan pengolahan sampah dari 150-160 ton per hari menjadi 200 ton per hari, sesuai dengan kapasitas mesin, untuk menghasilkan energi terbarukan (EBT) lebih banyak.

Kepala Dinas Lingkungan Hidup Cilacap Sri Murniyati saat diskusi dengan media lokal dan nasional di Cilacap, Rabu, mengatakan semua sampah yang masuk ke TPST RDF (refuse, derived fuel atau bahan bakar dari sampah) Cilacap diolah habis, baik setelah dimanfaatkan pemulung, maupun yang dijadikan bahan bakar EBT.

"Jadi, tidak ada konflik dengan pemulung (Sri menyebutnya pekerja hijau) setelah TPST RDF diresmikan pada Juli 2020," ujarnya.

Baca juga: Penanaman pohon tandai peringatan Hari Peduli Sampah di Cilacap

Baca juga: SIG manfaatkan sampah di Cilacap sebagai bahan bakar alternatif

Bahkan, jumlah pekerja hijau yang tadinya 90 orang, kini menjadi 150. Persentase sampah yang mereka ambil sekitar 6 ton saja atau 4 persen. Sisanya diolah, dikeringkan, dicacah menjadi serpihan sampah ukuran 5 sentimeter, lalu siap jadi bahan bakar.

Di sisi lain, Cilacap juga mendorong semua pihak untuk mengelola dan mengurangi produksi sampah sebelum dikumpulkan di tempat penampungan akhir.

Sri mengatakan sukses TPST RDF Cilacap dalam mengolah sampah menjadi EBT terkait erat dengan banyak pihak, misalnya peran swasta seperti Unilever Indonesia dalam membina pengumpul sampah dan pihak off taker (pengguna) seperti PT SBI (Solusi Bangun Indonesia), yang juga operator pengolah sampah di sana.

"Jika sampah sudah terkumpul, dipilah, diolah jadi bahan bakar, akan percuma jika tidak ada yang menggunakannya, karena akan menjadi sampah lagi. Jadi, keterlibatan semua pihak sangat diperlukan dalam hal ini," ujar Sri.

Pemulung (pekerja hijau) memilih dan memilah sampah di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST RDF) Cilacap, Rabu (27/09/2023) untuk dimanfaatkan lagi. ((ANTARA/Erafzon Saptiyulda AS))

Edi Sarwono, General Manager Solusi Bangun Indonesia (SBI) Cilacap Plant mengatakan pihaknya menampung semua (70-80 ton) serpihan sampah kering dari TPST RDF Cilacap menjadi bahan bakar di pabrik semennya.

Bahan bakar dari sampah (RDF) Cilacap itu menggantikan 5 persen dari kebutuhan batu bara pabrik semennya. RDF mampu menghasilkan panas 3.000-3.500 kcal/kg.

Pihaknya menargetkan bisa menampung 240 ton serpihan sampah kering per hari dari TPST RDF Cilacap agar penggunaan batu bara bisa ditekan lagi.

Baca juga: Fasilitas RDF Cilacap manfaatkan 47.000 ton sampah jadi bahan bakar

Baca juga: Kinerja pengelolaan sampah di Cilacap capai 77,22 persen

Sementara Maya Tamimi, Kepala Divisi Environment dan Sustainability Yayasan Unilever Indonesia mengatakan pihaknya mendukung target peningkatan kapasitas produksi pengelolaan sampah menjadi energi terbarukan di TPST RDF Jeruk Legi Cilacap menjadi 200 ton per hari.

Untuk mendukung target tersebut, Unilever Indonesia bekerja sama dengan Pemerintah Kabupaten Cilacap dan PT Solusi Bangun Indonesia, melakukan pembinaan untuk pengelolaan dan pengolahan sampah serta membantu fasilitas pendukung.

Pewarta: Erafzon Saptiyulda AS
Editor: Endang Sukarelawati
Copyright © ANTARA 2023