Permintaan batu bara domestik akan mencapai puncaknya pada tahun 2025-2030...
Jakarta (ANTARA) - Organisasi think thank di bidang energi dan linkungan Institute for Essential Services Reform (IESR) mengestimasi Indonesia mempunyai waktu 5-10 tahun untuk melakukan transformasi ekonomi di daerah-daerah penghasil batu bara.
“IESR mengestimasikan bahwa Indonesia punya waktu 5-10 tahun untuk melakukan penyesuaian dengan melakukan transformasi ekonomi di daerah-daerah penghasil batubara di Indonesia seiring dengan turunnya produksi batubara yang berpengaruh terhadap berkurangnya permintaan negara dan daerah penghasil batubara,” kata Direktur Eksekutif IESR Fabby Tumiwa dalam Seminar Hibrid IESR bertajuk Sunset PLTU dan Industri Batubara yang disaksikan di Jakarta, Rabu.
Fabby menyampaikan bahwa Indonesia telah menetapkan berbagai kebijakan transisi energi yang akan mempengaruhi konsumsi batubara domestik. Namun, Indonesia masih mengandalkan 75-80 persen produksi batu baran untuk ekspor ke beberapa negara seperti China, India, dan Vietnam yang juga telah menetapkan target penurunan konsumsi batubara agar selaras dengan target net zero emission (NZE).
Oleh karena itu, IESR memandang Indonesia perlu mengantisipasi potensi penurunan ekspor batubara Indonesia dengan memastikan transisi energi berlangsung secara adil, mencapai transformasi ekonomi yang berkelanjutan, serta melakukan pendataan dampak penurunan konsumsi batubara terhadap berbagai aspek kehidupan seperti ekonomi, sosial, lingkungan.
“Permintaan batu bara domestik akan mencapai puncaknya pada tahun 2025-2030, setelah itu akan permintaan batubara domestik tersebut akan turun secara signifikan. Sementara, jika melihat tren permintaan ekspor batubara, diprediksi ekspor batubara akan turun setelah tahun 2025,” ucapnya.
Lebih lanjut, dalam memastikan transisi energi dan transformasi ekonomi yang berkeadilan. Fabby menekankan perlunya memperhatikan tiga faktor. Pertama keterkaitan antara ekonomi lokal dengan batubara, kesiapan sumber daya manusia yang ada, dan rencana mitigasi dengan mempertimbangkan opsi-opsi alternatif perekonomian yang bisa dikembangkan di daerah tersebut.
Adapun kajian IESR menemukan beberapa sektor unggulan yang bisa dikembangkan di daerah penghasil batu bara seperti di Kabupaten Paser, Kalimantan Timur dapat mengembangkan jasa keuangan, manufaktur, dan pendidikan. Sedangkan di Kabupaten Muara Enim, Sumatera Selatan dapat mengembangkan manufaktur dan penyediaan akomodasi serta makan dan minuman.
Baca juga: Riset IESR sarankan daerah penghasil batu bara beralih ke manufaktur
Baca juga: IESR ungkap tantangan percepatan transformasi sektor ketenagalistrikan
Pewarta: Kuntum Khaira Riswan
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023