...pembelian di luar kebiasaan masyarakat atau `panic buying`."

Pontianak (ANTARA News) - Direktur Pusat Studi Kebijakan Publik (Puskepi) Sofyano Zakaria menyatakan, kenaikan harga gas bersubsidi di sejumlah daerah Provinsi Kalimantan Barat, dipicu pembelian gas ukuran tiga kilogram di luar kebiasaan.

"Setelah saya turun untuk memantau harga gas bersubsidi ke beberapa daerah di sepanjang pantai utara Kalbar, kenaikan gas tersebut disebabkan pembelian di luar kebiasaan masyarakat atau `panic buying`," kata Sofyano Zakaria saat dihubungi dari Pontianak, Selasa.

Ia menjelaskan, sudah menjadi hukum ekonomi, kalau permintaan meningkat sementara stok berkurang, maka bisa memicu kenaikan harga.

"Kenaikan harga gas bersubsidi hanya di beberapa daerah saja, yang disebabkan `panic buying`, padahal kuota gas bersubsidi menurut Pertamina cukup dan kelebihan pasokan dari tahun sebelumnya," ungkap Sofyano.

Sofyano mengimbau, kepada masyarakat yang menggunakan gas bersubsidi untuk menggunakan bahan bakar gas seperlunya dan tidak membeli dalam jumlah banyak agar tidak mempengaruhi stok di pasaran sehingga harga gas tetap stabil.

Sementara itu, Anggota Komisi C DPRD Provinsi Kalbar, Ali Akbar mendesak PT Pertamina untuk segera memfungsikan atau meresmikan lima Stasiun Pengisian Bulk Elpiji (SPBE), yang sudah selesai dibangun, yakni di Kabupaten Sintang, Ketapang dan Kota Singkawang.

"Kami berharap kelima SPBE tersebut, segera diresmikan, sehingga harga gas bersubsidi ukuran tiga kilogram untuk daerah perhuluan Kalbar tidak lagi sampai tembus Rp25 ribu hingga Rp30 ribu/tabung," katanya.

Saat ini, sudah berdiri lima SPBE, yakni dua SPBE di Kota Singkawang, satu diantaranya siap dioperasikan, satu SPBE di Kabupaten Sintang yang siap dioperasikan, satu SPBE siap dioperasikan di Sanggau, dan satu diantara dua SPBE di Ketapang juga siap dioperasikan, kata Ali Akbar.

Dalam kesempatan itu, Ali Akbar menambahkan, selagi gas bersubsidi di Kalbar tersebut masih dimonopoli, maka harga gas bersubsidi di Kalbar tetap lebih tinggi dari ketentuan yang ada.

Para pemilik pangkalan atau distributor selalu beralasan harga gas bersubsidi tinggi karena mahalnya ongkos angkut.

"Makanya agar gas ukuran tiga kilogram itu bisa terjangkau atau tidak jauh melebihi harga eceran tertingi (HET) Rp12.750/tabung, Pertamina harus membangun minimal satu unit SPBE pada tiap kabupaten/kota di Kalbar, sehingga pasokan gas ke masyarakat akan lebih terjamin dan terjangkau oleh masyarakat," ujarnya. (A057/B008)

Pewarta: Andilala
Editor: Kunto Wibisono
Copyright © ANTARA 2013