"Penting bagi kita supaya memahami makna dan urgensi silaturahmi itu sendiri. Kalau silaturahmi antara kita sudah tidak ada, itu akan menimbulkan hal-hal yang negatif seperti individualisme. Kita jadi tidak mau lagi mengetahui apa yang dialami oleh teman kita, saudara kita, ataupun tetangga kita," kata Suaib dalam keterangan di Jakarta, Rabu.
Perayaan Maulid Nabi Muhammad merupakan hari besar yang dinantikan bagi banyak umat Islam. Pada kesempatan ini, biasanya digelar berbagai acara dan tradisi di masjid-masjid dan beberapa rumah sebagai ajang silaturahmi dan menyampaikan kembali kisah Nabi Muhammad dan suri teladannya.
Bila rasa silaturahmi ini kuat dalam diri seseorang, menurut dia, itu bukan saja berdampak baik pada orang itu sendiri, melainkan juga kepada orang lain di sekitarnya, termasuk mereka yang tidak seiman.
"Misalnya, saya suka bersilaturahmi ke teman-teman. Tentu rasa sayang atau hormat saya itu juga lahir bukan saja kepada orang yang seiman, melainkan juga pada sesama umat manusia. Dengan memperingati maulid Nabi Muhammad, umat Islam diingatkan bahwa salah satu hal yang paling penting adalah mempererat silaturahmi antara kita dan manusia lainnya," terangnya.
Dosen Pascasarjana PTIQ Jakarta ini juga mengulas tentang beberapa kalangan yang menganggap bahwa perayaan maulid itu adalah bidah, bahkan sesat.
"Argumen dari kalangan yang berpikir demikian biasanya bersumber dari riwayat yang mengatakan bahwa Nabi Muhammad semasa hidupnya tidak pernah melakukan perayaan maulid," jelasnya.
"Apakah itu sesuatu yang baik atau tidak? Kita 'kan hanya diperintahkan untuk berbuat baik kepada kedua orang tua, tetapi kita tidak diperintahkan untuk duduk bersimpuh di depan mereka dan mencium tangannya, bahkan ada yang sampai mencium kaki orang tuanya," tambahnya.
Baca juga: Keraton Kanoman Cirebon sucikan gong untuk peringatan Maulid Nabi
Baca juga: Masyarakat di Kudus diajak lestarikan tradisi ampyang maulid
Menurut dia, perbuatan itu adalah hal yang baik, dan disepakati oleh semua orang. Begitu juga halnya dengan perayaan Maulid Nabi, bahwa itu merupakan sebuah penghormatan besar kepada Rasulullah. Dengan merayakannya, artinya menghormati, gembira, senang, bahkan berbahagia karena tiba waktu hari kelahiran Nabi Muhammad saw.
Suaiba menyebutkan salah satu bentuk penghormatan dan kecintaan terhadap Rasulullah, biasanya diisi dengan bercerita tentang kisah dan suri teladan Nabi Muhammad. Bagaimana Rasulullah bersikap terhadap orang lain, baik sesama keluarganya, orang lain, tetangganya, serta kepada non-muslim, dan lain sebagainya.
Di banyak negara, perayaan ini dengan mengadakan bazar atau pasar festival yang menjual banyak kue dan camilan lokal yang hanya bisa ditemukan pada hari besar Maulid Nabi Muhammad.
"Tentunya perayaan ini tidak dimaksudkan untuk menghambur-hamburkan uang ataupun berfoya-foya. Peringatan ini justru ada nilai baik, umat Islam bisa bersilaturahmi antara sesama manusia," katanya.
Untuk itu, Suaib berpesan agar semua bisa mengambil hikmah dari perayaan maulid. Seperti halnya peringatan Kemerdekaan Republik Indonesia setiap tahunnya untuk menunjukkan kecintaan terhadap tanah air. Peringatan Maulid Nabi Muhammad juga untuk menunjukkan kecintaan umat terhadap Nabi Muhammad.
"Prinsipnya, peringatan Maulid Rasulullah yang dilakukan setiap tahunnya merupakan bentuk penghormatan dan kecintaan terhadap Nabi Muhammad," pungkas Dosen Pascasarjana PTIQ tersebut.
Pewarta: Hendri Sukma Indrawan
Editor: D.Dj. Kliwantoro
Copyright © ANTARA 2023