Jakarta (ANTARA News) - Bank Indonesia (BI) mengharapkan peningkatan defisit APBN 2006, karena bertambahnya kebutuhan belanja negara, dapat menahan penurunan daya beli masyarakat yang terjadi dalam beberapa bulan terakhir ini. "Berkaitan dengan defisit APBN 2006 yang mulanya ditetapkan 0,7 persen dari PDB, kami pandang bahwa kenaikan defisit dapat dipertimbangkan. Kenaikan itu diharapkan dapat menahan penurunan daya beli masyarakat," kata Gubernur BI Burhanuddin Abdullah di Gedung DPR/MPR Jakarta, Rabu. Menurut dia, peningkatan defisit dalam batas tertentu masih dapat ditolerir dan belum akan berdampak secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi. Dari sisi pengendalian moneter, lanjutnya, peningkatan defisit akan dicermati oleh BI sehingga tidak mengganggu stabilitas moneter. Menurut Burhanuddin, meskipun realisasi APBN 2006 sudah lebih baik dari sebelumnya, namun di tengah peran swasta yang masih lemah, APBN perlu dimaksimalkan sebagai stimulus fiskal dengan menggunakan belanja modal secara cepat dan tepat. "Demikian juga dengan stimulus fiskal di daerah-daerah juga perlu mendapat perhatian untuk terus ditingkatkan," kata Burhanuddin. Pemerintah memperkirakan defisit APBN 2006 akan meningkat dari sebelumnya 0,7 persen terhadap PDB menjadi 1,2 persen (Rp37,63 triliun) terhadap PDB. Pemerintah mengajukan perkiraan peningkatan defisit itu dalam APBNP 2006. Total pendapatan negara dan hibah selama 2006 diperkirakan akan mencapai Rp651,91 triliun sementara total belanja negaranya akan mencapai Rp689,54 triliun.(*)
Editor: Heru Purwanto
Copyright © ANTARA 2006