Washington (ANTARA News) - Amerika Serikat memindahkan pasukan militer mereka mendekati Libya semenjak serangan di Benghazi sehingga lebih siap untuk membalas ancaman terhadap personil diplomatik, demikian dikatakan oleh juru bicara Pentagon pada Senin.
"Kami bersiap untuk melakukan balasan apabila diperlukan, apabila kondisi memburuk atau dibutuhkan bantuannya," kata juru bicara George Little di hadapan para wartawan.
"Yang jelas kami telah memindahkan aset-aset dan para personel," kata dia, tanpa menambahkan penjelasan spesifik.
Perwakilan AS di Benghazi diserang pada 11 September 2012 oleh gerakan bersenjata pembuat kekacauan yang menyulut api di dekat fasilitas konsulat serta menyerang paviliun CIA di dekatnya. Duta besar Chris Stevens dan tiga orang warga AS lain tewas.
Pentagon semenjak itu dihujani kritik bahwa seharusnya mereka bisa lebih cepat memobilisasi pasukan militer untuk menanggulangi serangan.
Little mengatakan Pentagon telah menempatkan sejumlah elemen militer tambahan --dengan tujuan mengamankan para diplomat atau membantu proses evakuasi mereka bila diperlukan-- di pangkalan NATO di Sigonella, sebuah pulau milik Italia di Kepulauan Sisilia.
Ia membenarkan bahwa sebagian dari pasukan tersebut telah didatangkan dari pangkalan udara di selatan Spanyol, tempat 500 prajurit marinir baru-baru ini disebar menggunakan dan bersama MV-Osprey --sebuah pesawat alat transportasi pasukan militer yang terbang seperti helikopter, tidak membutuhkan landasan pacu-- beserta sarana pengisian bahanb bakar pesawat.
Pada Rabu (8/5), Washington mengurangi staf kedutaan besar mereka di Tripoli, dengan alasan situasi keamanan yang memburuk akibat pendudukan sejumlah gedung pemerintahan oleh mantan pemberontak.
Inggris juga telah melakukan langkah serupa setelah insiden bom mobil pada 23 April di kedutaan besar Prancis, yang mencederai dua orang warga negara Prancis.
Pada beberapa hari terakhir, sejumlah pemboman dengan target pos-pos kepolisian di Benghazi menggambarkan berkembangnya ketidakamanan di Libya, sementara pihak berwenang masih berupaya mendirikan pasukan keamanan yang efektif berbenturan dengan pasukan milisi bersenjata, demikian Reuters.
(G006/M014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013