Kabul (ANTARA News) - Gerilyawan Taliban hari Senin berjanji membebaskan empat dari delapan insinyur Turki yang masih disandera sejak helikopter mereka jatuh di Afghanistan timur bulan lalu.
Empat insinyur Turki dibebaskan Minggu, tiga pekan setelah kecelakaan itu, yang terjadi di Logar, daerah pangkalan Taliban di sebelah selatan Kabul, ibu kota Afghanistan.
Taliban mengatakan dalam sebuah pernyataan email, keempat insinyur itu dibebaskan sebagai "niat baik, isyarat kemanusiaan dan untuk menghormati rakyat muslim Turki".
"Empat orang lain akan dibebaskan dalam waktu dekat," tambah pernyataan itu.
Kelompok militan itu tidak menyinggung-nyinggung seorang Rusia, seorang Kyrgyzstan dan seorang Afghanistan yang diculik bersama kedelapan warga Turki itu pada 21 April setelah helikopter mereka mengalami kecelakaan dalam pendaratan di provinsi Logar.
Perdana Menteri Turki Recep Tayyip Erdogan mengumumkan pada pertemuan umum di Istanbul, Minggu, keempat insinyur itu dibebaskan setelah upaya-upaya aparat intelijen Turki.
Orang-orang itu dibebaskan di provinsi terpencil Nangarhar yang berbatasan dengan Pakistan, kata beberapa pejabat setempat kepada AFP, dengan menambahkan bahwa para sesepuh suku bertindak sebagai penengah dengan Taliban.
Insiden itu merupakan penculikan terbesar warga asing dalam waktu hampir enam tahun dan menyoroti keadaan yang masih tidak aman di Afghanistan ketika pasukan NATO bersiap-siap menarik diri dari negara itu pada tahun depan.
Terakhir kali kelompok besar warga asing diculik di Afghanistan adalah pada Juli 2007, ketika Taliban menangkap 23 sukarelawan gereja Korea Selatan yang bepergian di wilayah selatan dengan bis wisata.
Turki selaku anggota NATO menempatkan sekitar 1.850 prajurit non-tempur di Afghanistan, terutama di Kabul.
Taliban, yang memerintah Afghanistan sejak 1996, mengobarkan pemberontakan sejak digulingkan dari kekuasaan di negara itu oleh invasi pimpinan AS pada 2001 karena menolak menyerahkan pemimpin Al Qaida Osama bin Laden, yang dituduh bertanggung jawab atas serangan di wilayah Amerika yang menewaskan sekitar 3.000 orang pada 11 September 2001.
Sekitar 130.000 personel Pasukan Bantuan Keamanan Internasional (ISAF) pimpinan NATO yang berasal dari puluhan negara dikirim ke Afghanistan untuk membantu pemerintah Kabul memerangi pemberontakan Taliban dan sekutunya.
Presiden Afghanistan Hamid Karzai dan negara-negara Barat pendukungnya telah sepakat bahwa semua pasukan tempur asing akan kembali ke negara mereka pada akhir 2014, namun Barat berjanji memberikan dukungan yang berlanjut setelah masa itu dalam bentuk dana dan pelatihan bagi pasukan keamanan Afghanistan.
NATO bertujuan melatih 350.000 prajurit dan polisi Afghanistan pada akhir 2014 untuk menjamin stabilitas di negara itu, namun tantangan-tantangan tetap menghadang dalam proses peralihan itu.
Desersi, penugasan yang buruk dan semangat rendah termasuk diantara masalah utama yang menyulitkan para komandan NATO dan Afghanistan, demikian AFP.
(M014)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013