Kami memandang kalibrasi ulang profil penurunan suku bunga pada 2024, tanpa adanya pemotongan sebelum pertengahan tahun, jauh lebih realistis dibandingkan beberapa waktu lalu
Tokyo (ANTARA) - Saham-saham Asia dibuka melemah pada Selasa, karena imbal hasil obligasi pemerintah AS yang mencapai level tertinggi baru dalam 16 tahun menopang dolar mendekati puncak 10 bulan, seiring respons investor terhadap pesan dari Federal Reserve dan bank sentral utama lainnya yang meminta agar suku bunga tetap tinggi untuk jangka waktu lebih lama.
Indeks acuan saham Asia-Pasifik merosot seiring dengan penurunan emas, sementara minyak mentah terus turun dari level tertingginya dalam 10 bulan.
Imbal hasil obligasi pemerintah AS 10-tahun naik menjadi 4,552 persen, tingkat yang belum pernah terlihat sejak Oktober 2007.
Indeks dolar AS – yang mengukur mata uang terhadap enam mata uang utama negara maju lainnya, termasuk euro dan yen – naik 0,05 persen menjadi 106,00, setelah mencapai 106,10 semalam untuk pertama kalinya sejak 30 November.
Indeks MSCI yang mencakup saham Asia Pasifik di luar Jepang tergelincir 0,33 persen. Nikkei Tokyo kehilangan 0,7 persen, Kospi Korea Selatan turun 1,0 persen, Hang Seng Hong Kong tergelincir 0,3 persen., sedangkan indeks CSI 300 saham unggulan China dibuka datar.
Saham berjangka AS melemah 0,3 persen, menyusul kenaikan 0,4 persen pada S&P 500 semalam.
Para pedagang sekarang memperkirakan kemungkinan kenaikan suku bunga The Fed lagi sebesar seperempat poin pada Januari, dan telah mendorong kemungkinan dimulainya penurunan suku bunga hingga musim panas.
Ahli strategi Westpac melihat risiko cenderung mengarah pada imbal hasil yang lebih tinggi dalam waktu dekat, sehingga mendorong penguatan dolar juga.
“Kami memandang kalibrasi ulang profil penurunan suku bunga pada 2024, tanpa adanya pemotongan sebelum pertengahan tahun, jauh lebih realistis dibandingkan beberapa waktu lalu,” tulis mereka dalam catatan kliennya.
“Kami memperkirakan imbal hasil 10 tahun akan mencapai kisaran imbal hasil baru yang lebih tinggi dalam beberapa minggu mendatang,” dengan kemungkinan puncaknya sekitar 4,75 persen, kata mereka. "Jangka menengah, kami akan mencari posisi jangka panjang pada tahap tertentu, namun saat itu belum tiba."
Target indeks dolar selanjutnya adalah 107,20, kata mereka.
Presiden Fed Chicago Austan Goolsbee mengatakan pada Senin (25/9) bahwa inflasi yang tetap berada di atas target bank sentral sebesar 2,0 persen tetap merupakan risiko yang lebih besar dibandingkan kebijakan ketat Fed yang memperlambat perekonomian lebih dari yang diperlukan.
The Fed mengejutkan pasar pada pekan lalu dengan menyatakan bahwa pengetatan lebih lanjut mungkin akan dilakukan, dan memproyeksikan suku bunga tinggi akan bertahan lebih lama dari perkiraan investor.
Bank Sentral Eropa dan Bank Sentral Inggris juga menggembar-gemborkan suku bunga yang lebih tinggi dalam pertemuan kebijakan sejak pertengahan bulan.
Kinerja ekonomi AS yang relatif lebih baik – dengan semakin banyaknya investor yang bertaruh pada soft landing sementara pertumbuhan di zona euro dan Inggris mengalami stagnasi – telah memperkuat dolar terhadap mata uang tersebut.
Euro merosot 0,05 persen menjadi 1,05855 dolar, mendekati level terendah semalam di 1,0575 dolar, level yang terakhir terlihat pada pertengahan Maret.
Sterling tergelincir 0,05 persen menjadi 1,22065 dolar, membawanya kembali ke level terendah enam bulan pada Senin (25/9) di 1,21945 dolar.
Dolar juga bertahan di dekat level tertinggi dalam 11 bulan di 148,97 yen semalam, meningkatkan risiko intervensi oleh otoritas Jepang.
Emas sedikit berubah di sekitar 1.915 dolar AS, setelah merosot dari atas 1.947 dolar AS selama seminggu terakhir.
Minyak mentah masih lemah di tengah kekhawatiran bahwa permintaan bahan bakar akan berkurang karena bank-bank sentral utama mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk waktu yang lebih lama, meskipun pasokan diperkirakan terbatas.
Minyak mentah berjangka Brent turun 11 sen menjadi diperdagangkan di 93,18 dolar AS per barel, dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate AS diperdagangkan 1 sen lebih rendah pada 89,67 dolar AS per barel.
Baca juga: Saham Asia melemah setelah bank-bank sentral tahan suku bunga tinggi
Baca juga: Saham Asia dibuka turun, Fed indikasikan suku bunga tinggi lebih lama
Penerjemah: Apep Suhendar
Editor: Ahmad Buchori
Copyright © ANTARA 2023