Jakarta (ANTARA) - Wakil Koordinator Rumah Besar Relawan Prabowo 08 Haris Rusly Moti mengungkapkan bahwa terdapat tiga tafsir di balik mencuatnya isu duet bakal calon presiden (capres) Koalisi Indonesia Maju (KIM) Prabowo Subianto dan bakal capres dari PDI Perjuangan Ganjar Pranowo.

“Ada tiga tafsir di balik mencuatnya isu koalisi Pak Prabowo dengan Mas Ganjar yang dapat dibaca,” kata Haris dalam keterangannya di Jakarta, Senin.

Pertama, pihaknya menilai terdapat upaya untuk memecahkan koalisi partai politik pendukung Prabowo. Padahal, kata dia, kepergian Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) dari KIM dan bergabungnya Partai Demokrat justru memperkuat koalisi Prabowo.

“Operasi opini tersebut mungkin saja, maaf jika berprasangka buruk, dimaksudkan untuk menciptakan keragu-raguan untuk tujuan memecah belah komitmen dari koalisi parpol yang mendukung Pak Prabowo sebagai calon presiden,” kata dia.

Dari opini yang berkembang, kata Haris, Prabowo seakan ditempatkan menjadi calon wakil presiden Ganjar. Dia menegaskan bahwa seluruh partai politik yang tergabung di dalam KIM berkomitmen untuk mengusung Prabowo sebagai capres.

“Jika benar ada niat buruk seperti itu, dipastikan tidak akan terwujud karena saat ini partai politik yang tergabung di dalam KIM, justru makin solid dan kuat mengusung dan insyaallah memenangkan Pak Prabowo sebagai Presiden Ke-8 RI di Pilpres 2024 dalam satu putaran,” ucapnya.

Selain partai politik pengusung, Haris mengklaim relawan Prabowo kian solid. Dikatakannya bahwa ratusan komunitas relawan telah mendaftar dan mendeklarasikan mendukung Prabowo.

Baca juga: Relawan Arenas 08 gelar pengobatan gratis dan bakti sosial
Baca juga: Relawan Prabu1 siap sumbang 10 juta suara untuk Prabowo pada 2024

Kedua, Haris menilai adanya kepanikan di kubu pendukung capres tertentu atas makin kuat dan solidnya KIM. Selain itu, kata dia, elektabilitas Prabowo mengalami peningkatan.

“Tampaknya ada kepanikan dari pihak pendukung capres tertentu sehingga muncul reaksi dengan operasi opini untuk men-downgrade sosok Pak Prabowo bukan sebagai capres, tapi sebagai cawapres,” imbuh Haris.

Ketiga, Haris menyebut mungkin saja ada niat baik untuk memperkuat dan mempersatukan elemen dan komponen yang mempunyai kesamaan visi kebangsaan antara Ganjar sebagai cawapres untuk Prabowo.

“Yaitu dengan mempersatukan sosok senior sarat pengalaman, seperti Pak Prabowo sebagai capres dengan sosok junior seperti Mas Ganjar sebagai cawapres. Tentu patut diapresiasi jika benar ada niat baik dan mulia seperti itu,” ucapnya.

Berdasarkan jadwal yang telah ditetapkan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) RI, pendaftaran bakal calon presiden dan wakil presiden dijadwalkan dimulai pada 19 Oktober sampai dengan 25 November 2023.

Sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Pemilihan Umum (UU Pemilu), pasangan calon presiden dan wakil presiden diusulkan oleh partai politik atau gabungan partai politik peserta pemilu yang memenuhi persyaratan perolehan kursi paling sedikit 20 persen dari jumlah kursi DPR atau memperoleh 25 persen dari suara sah secara nasional pada pemilu anggota DPR sebelumnya.

Saat ini, terdapat 575 kursi di parlemen sehingga pasangan calon presiden dan wakil presiden pada Pilpres 2024 harus memiliki dukungan minimal 115 kursi di DPR RI. Selain itu, pasangan calon juga dapat diusung oleh parpol atau gabungan parpol peserta Pemilu 2019 dengan total perolehan suara sah minimal 34.992.703 suara.

Pewarta: Fath Putra Mulya
Editor: Herry Soebanto
Copyright © ANTARA 2023