"Angin kemarau cukup besar tahun ini, aku lihat masyarakat sangat antusias badandang," ujar Syarifuddin di Rantau, Kabupaten Tapin, Senin.
Syafruddin mengungkapkan untuk menyambut tradisi masyarakat Tapin saat musim kemarau kering tersebut, pihaknya berkoordinasi dengan instansi terkait agar acara tersebut dapat terlaksana.
"Tentunya dengan pariwisata budaya ini juga akan berdampak terhadap ekonomi masyarakat secara langsung," ujarnya.
Tradisi bahari masyarakat Tapin usai musim panen padi ini, kata Syarifuddin, masuk sebagai salah satu situs budaya Geopark Meratus Kalimantan Selatan yang saat ini tengah diperjuangkan agar diakui dunia.
"Meski ini musiman dan tergantung kondisi alam, sebenarnya juga baik untuk agenda wisata tahunan," ungkap lelaki yang juga sebagai Kepala Dinas Pariwisata Kalimantan Selatan ini.
Gagasan yang akan direalisasikan itu juga bertujuan untuk melestarikan budaya positif masyarakat sebagai sarana rekreasi dan ajang silaturahmi.
Sejak Agustus hingga saat ini, layangan besar yang dilengkapi bunyi-bunyian khusus berupa bambu (dangung dalam bahasa Suku Banjar) setiap hari menghiasi langit biru di penjuru Tapin.
Sejak awal bulan ini, masyarakat dari semua kalangan umur ramai berkumpul di Kawasan Rantau Baru serentak menaikkan puluhan dandang dengan model dan corak yang bervariatif pada sore hari.
Beberapa kali juga desa di Tapin menggelar festival tersebut di pematang sawah. Setiap kali ada acara tersebut dipastikan ada ribuan dandang yang mengudara.
Baca juga: Kabupaten Tapin kenalkan objek wisata di Kalsel Expo
Pewarta: Imam Hanafi/fauzi
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023