Berdasarkan pantauan di Bandarlampung Minggu, pengecer mengaku menaikkan harga untuk menghemat stok dagangan karena distribusi elpiji ukuran 3 kg ke pedagang sejak beberapa pekan terakhir tersendat.
"Sudah satu minggu gas belum dikirim, sedangkan stok sudah menipis," kata Ali (39) pedagang pengecer gas di Kelurahan Kedamaian.
Dia memberi alasan harga elpiji saat ini lebih tinggi dari biasanya agar masyarakat bisa mendapatkanya secara merata. Karena jika harganya sama mereka bisa membeli lebih dari dua tabung.
Kenaikan itu juga dipicu oleh distribusi komoditas itu ke pedagang yang lambat bahkan sejumlah pengecer tidak mendapatkan elpiji ukuran tiga kilogram dari distributor.
"Pembelian memang tidak dibatasi hanya saja dinaikkan harganya, sehingga warga yang lain kebagian," kata dia.
Konsumen sejak sepekan terakhir sulit mendapatkan gas ukuran tiga kilogram. Akibatnya masyarakat mengeluh karena tidak dapat menggunakan komoditas tersebut untuk keperluan sehari-hari seperti memasak.
"Saya sudah dua hari ini keliling mencari gas tiga kilogram, jika pun ada harganya sangat tinggi sekali antara Rp25.000-Rp35.000," kata Sri (48).
Dia mengatakan bahwa berdasarkan keterangan pengecer, tingginya harga elpiji tersebut karena distribusi komoditas tersebut tersendat sejak beberapa pekan terakhir.
"Diduga pula banyak pedagang yang menimbun gas sehingga mereka menaikkan harga semaunya," kata dia.
Menurutnya apabila harga gas seperti saat ini terus berlangsung sangat menyengsarakan masyarakat khususnya warga kurang mampu.
Karena itu ia meminta pemerintah untuk dapat segera mengatasi permasalahan kekurangan stok elpiji yang sejak sepekan terakhir menghilang dari pasaran.
Hal senada diungkapkan oleh Paini (37) warga Kecamatan Tanjung Karang Timur (TKT), dirinya mengaku sudah memakai kayu bakar untuk memasak.
"Sudah satu hari ini pakai kayu bakar, karena gas sudah tidak ada lagi," katanya.
Dia mengatakan bahwa harga gas saat ini tinggi dan itu sangat memberatkan masyarakat. Pemerintah diminta untuk dapat mengatasi permasalahn tersebut mengingat komoditas tersebut sangat dibutuhkan.***3***
(RB*A054)
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013