negara-negara anggota Mastera yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand harus menantang zaman dalam menumbuhkembangkan karya sastra Mastera.

Jakarta (ANTARA) - Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek) melalui Badan Pengembangan dan Pembinaan Bahasa (Badan Bahasa) mengajak dunia untuk mengembangkan karya sastra Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera).

“Kita tidak bisa berpikir sempit, pemikiran kita harus berkembang untuk mengupayakan bagaimana sastra itu mendunia,” kata Kepala Badan Bahasa E. Aminudin Aziz dalam keterangan di Jakarta, Minggu.

Aziz mengatakan masyarakat, peminat, serta pemerhati sastra di negara-negara anggota Mastera yaitu Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand harus menantang zaman dalam menumbuhkembangkan karya sastra Mastera.

Salah satu upaya mengembangkan karya sastra Mastera ini adalah dengan diselenggarakannya Seminar Antarbangsa Kesusatraan Asia Tenggara (SAKAT) 2023 dengan tema Menduniakan Mastera dan Karya Sastra Mastera.

Aziz menuturkan SAKAT sangat berguna menjadi wadah dalam pengembangan dan pemanfaatan sastra supaya lebih mendunia sekaligus mampu menguatkan kepedulian terhadap sastra.

“Kita akan mengkaji bagaimana sastra bisa berkembang lebih maju,” ujar Aziz.

SAKAT merupakan salah satu rangkaian kegiatan hasil kerja sama Majelis Sastra Asia Tenggara (Mastera) yang beranggotakan Brunei Darussalam, Indonesia, Malaysia, Singapura, dan Thailand.

Sebagai bagian dari kegiatan Mastera, Badan Bahasa menyelenggarakan serangkaian kegiatan yaitu SAKAT, Pemberian Penghargaan Sastrawan Muda Mastera, Sidang Ke-27 Mastera, serta Pertemuan Forum Penulisan Sastrawan Tamu/Asuhan Mastera.

Dalam SAKAT, Aziz menyerahkan Penghargaan Sastrawan Muda Mastera 2023 kepada empat orang sastrawan muda yang berasal dari empat negara anggota Mastera dan berhak mendapatkan piagam penghargaan serta uang tunai senilai Rp25 juta.

Mereka adalah Fasial Oddang dari Indonesia, Awangku Mohd Noor Sham dari Brunei Darussalam, Muhammad Lutfi bin Ishak dari Malaysia, dan Farihan Bahron dari Singapura.

Penghargaan Sastrawan Muda Mastera semula ditujukan untuk alumni peserta Program Penulisan Mastera yaitu puisi, cerpen, drama, dan esai yang dilaksanakan oleh Mastera Indonesia sejak 2005.

Namun kini penghargaan itu diperluas sasarannya yaitu sastrawan muda di semua negara anggota Mastera.

Faisal Oddang, perwakilan pemenang dari Indonesia, mengatakan Mastera merupakan sarana bagi para sastrawan muda untuk saling berbagi terkait kesastraan satu sama lain termasuk dapat meningkatkan mutu karya sastra di kawasan Asia tenggara.

“Saya pikir dari tahun ke tahun banyak penulis muda berbakat yang bermunculan di Indonesia. Saya tidak menyangka hasil saya menarik perhatian dan diapresiasi oleh Badan Bahasa. Terima kasih atas penghargaan ini,” kata Faisal.
Baca juga: Kemendikbudristek kembangkan program BIPA di Mesir
Baca juga: Pakar: Masih perlu kerja keras untuk internasionalkan bahasa Indonesia
Baca juga: Coursera terjemahkan 2 ribu kursus ke bahasa Indonesia & luncurkan AI

Pewarta: Astrid Faidlatul Habibah
Editor: Muhammad Yusuf
Copyright © ANTARA 2023