Chengdu (ANTARA News) - Sebanyak 45 panda raksasa telah dilahirkan di Pusat Penelitian dan Perlindungan Panda Raksasa China selama lima tahun sejak gempa dengan kekuatan 8,0 Skala Richter mengguncang habitat mereka di Kabupaten Wenchuan, Provinsi Sichuan, China Barat-daya.
Pengembang-biakan telah berlangsung terus kendati ada dampak gempa tersebut, kata Huang Yan, Wakil Insinyur Kepala di pusat itu.
Pusat tersebut adalah instalasi pengembang-biakan panda raksasa terbesar di dunia, tempat 170 panda peliharaan hidup di Suaka Alam Nasional Wolong, yang berada 156 kilometer dari pusat gempa.
Kebanyakan panda dan staf di pusat tersebut dipindahkan ke instalasi lain pengembang-biakan di Ya`an, yang berada 140,5 kilometer dari Ibu Kota Provinsi itu, Chengdu.
Satu pusat baru penelitian dan pengembang-biakan panda, yang ditaja oleh Pemerintah Hong Kong, telah dibangun di tanah lapang yang lebih cocok di Suaka Alam Wolong, demikian laporan Xinhua --yang dipantau Antara di Jakarta, Jumat malam. Tempat baru tersebut juga memiliki kemampuan untuk menampung 80 panda peliharaan, kata Li Desheng, Wakil Kepala Suaka Alam itu.
Pusat itu memulai kembali satu program yang bertujuan mengajarkan panda cara hidup di alam liar dua tahun seelah gempa bumi tersebut.
"Pelatihan alam liar adalah kunci untuk meningkatkan populasi panda dan telah menjadi pusat pekerjaan kami pada masa pasca-gempa," kata Zhang Hemin, Direktur Pusat itu.
Lima panda saat ini mengikuti program tersebut.
Tao Tao, panda jantan, telah dilepaskan ke alam liar setelah dua tahun dilatih. Staf yang memantau Tao Tao mengatakan panda itu bisa menyesuaikan diri dengan baik di alam liar.
Sebagian panda bunting yang bisa mencari makan sendiri telah ditempatkan di daerah pelatihan alam liar yang dengan luas wilayah 200.000 meter persegi untuk melahirkan bayi mereka dan merawat mereka dengan sedikit campur tangan manusia, kata Huang.
Rata-rata usia panda bisa mencapai 25 tahun. Panda menghadapi resiko sejumlah gangguan kesehatan, termasuk penyakit pernafasan dan pencernaan.
Editor: Desy Saputra
Copyright © ANTARA 2013