Jakarta (ANTARA) - Senyum semringah terpancar dari wajah perempuan paruh baya itu saat memperkenalkan produk makanan kepada pengunjung dalam sebuah ruangan di kawasan Muara Angke, Jakarta Utara, DKI Jakarta.

Sembari berujar, tangannya menunjuk ke arah puluhan stoples kecil berisi pangan olahan yang berjejer rapi membentuk tiga susunan di atas meja panjang.

"Silahkan dilihat ibu, pak, ini ikan teri hasil olahan kami," kata Agita (55) kepada sejumlah pengunjung dalam acara penyerahan bantuan gedung sekretariat untuk Program Rumah Pangan Kita UMKM Masyarakat Pesisir, sebagaimana disaksikan ANTARA.

Di sisi lain meja, tampak pula pangan olahan lain, seperti sambal ikan teri, bawang goreng teri, serta saos, jus, dan dodol dari buah pedada dalam kemasan stoples, kotak karton, maupun plastik, yang disuguhkan ibu-ibu atau "emak-emak" yang umumnya berstatus sebagai istri nelayan di Muara Angke.

Hasil kerajinan tangan berbahan cangkang kerang hijau, seperti lampu tidur, vas bunga, plakat, tatakan gelas, asbak, dan lainnya juga melengkapi suguhan di atas meja beralaskan kain putih itu.

Beragam pangan olahan itu dihasilkan Agita dan empat rekan lain. Mereka adalah emak-emak dari keluarga nelayan di Muara Angke yang mulai menekuni usaha mikro kecil menengah (UMKM) dengan memanfaatkan hasil laut.

UMKM itu terbentuk melalui Program Rumah Pangan Kita UMKM Masyarakat Pesisir yang dihadirkan Yayasan Hati Bunda di Muara Angke mulai Februari 2023.

Melalui program itu, para ibu rumah tangga dibimbing mengolah bahan baku dari ikan teri menjadi pangan olahan, hingga membuat kemasan yang menarik untuk dipasarkan.

Sedikitnya Agita dan kawan-kawan sudah delapan kali memproduksi pangan olahan dalam skala rumah tangga yang dipasarkan untuk warga di lingkungan sekitar.

Bagi Agita, meskipun baru dirintis sebulan terakhir, setidaknya usaha ekonomi itu telah menumbuhkan asa akan sebuah kemakmuran bagi keluarga.


Manfaat

Setelah berjalan selama sebulan, Agita bersama rekan-rekan kini sudah mulai menuai hasil dari usaha yang dijalani. Berbagai pangan olahan dari ikan teri pun laku terjual kepada konsumen .

Kini, permintaan produk pangan olahan mama-mama di Muara Angke mulai bermunculan, sehingga produksi pun dilakukan selama dua kali dalam seminggu.

Sekali produksi, keuntungan yang diperoleh mencapai Rp500 ribu, sehingga dalam sepekan bisa mencapai Rp1 juta.

Sudah ada income yang mereka nikmati, ini yang diharapkan agar ke depan, usaha bisa bertumbuh, rumah tangga mereka keluar dari kemiskinan.

Dengan adanya program tersebut, mama-mama pelaku UMKM itu bisa membantu suami mereka untuk memenuhi berbagai kebutuhan rumah tangga.

Meski sudah membuahkan hasil, pembentukan UMKM bukan untuk menggantikan mata pencaharian keluarga sebagai nelayan, melainkan sebagai pendapatan tambahan.

Usaha itu hanya sebagai alternatif untuk menopang perekonomian karena suami dari ibu-ibu itu adalah nelayan kecil yang melaut di perairan sekitar pesisir pantai.

Pendapatan nelayan kecil tentu berbeda dengan nelayan sedang yang bisa melaut ke perairan di Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara Timur, dan lainnya, yang hasil tangkapan bisa berton-ton saat sekali melaut.

Dengan kemampuan melaut yang terbatas, nelayan kecil juga kerap kali menghadapi kesulitan, terutama ketika musim cuaca buruk yang rawan melanda wilayah pesisir.

Kondisi itu yang melandasi alasan kehadiran program pemberdayaan ekonomi yang menyasar keluarga nelayan kecil di Muara Angke itu.

Jadi ketika tidak bisa melaut karena cuaca buruk, masih ada sumber pendapatan alternatif.

Selain mendampingi usaha ekonomi, yayasan itu memiliki tekad besar menghadirkan program pemberdayaan di Muara Angke, yaitu menjadi rumah pangan sebagai rumah aman bagi perempuan, anak-anak, dan penyandang disabilitas.

Tiga kalangan warga itu dipandang sebagai kelompok yang paling rentan terdampak kemiskinan, sehingga hak-hak mereka dalam berbagai aspek perlu dilindungi.


Dukungan pemerintah

Pada 14 September, Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono berkunjung untuk melihat produk UMKM yang dijalankan mama-mama di Muara Angke.

Kunjungan itu sekaligus menyerahkan bantuan gedung pemerintah untuk dijadikan sekretariat Program Rumah Pangan UMKM Masyarakat Pesisir. Dukungan itu sekaligus menunjukkan negara hadir bagi masyarakat dalam usaha meningkatkan kesejahteraan.

Tak hanya itu, dalam kunjungan itu Heru juga menyalurkan bantuan dari Pemprov DKI Jakarta berupa alat pres plastik (sealer) untuk membuat kemasan produk.

Bantuan itu sebagai dukungan pemerintah dalam menumbuhkan UMKM di wilayah pesisir agar secara bertahap warga keluar dari kondisi kemiskinan ekstrem.

Pengetahuan dan bimbingan terhadap masyarakat pesisir dalam memanfaatkan hasil laut untuk meningkatkan kesejahteraan tentu memiliki peran besar.

Diharapkan, ekonomi warga terus bertumbuh dan mandiri untuk bisa mendapatkan tambahan ekonomi di masing-masing keluarga.

Pemprov DKI Jakarta akan terus memberikan bantuan peralatan lain sesuai kebutuhan UMKM setempat untuk mendukung produksi dan pemasaran.

Muara Angke merupakan salah satu dari 14 kawasan kumuh di Ibu Kota yang menjadi prioritas pembenahan dari pemerintah untuk mengurangi kemiskinan, termasuk kemiskinan ekstrem.

Di DKI Jakarta, terdapat sekitar 95.668 penduduk miskin ekstrem per Maret 2022, berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS) Jakarta.

Berbagai penanggulangan kemiskinan dihadirkan pemerintah, termasuk 17 program bantuan sosial (bansos).

Selain intervensi pemerintah, penanganan kemiskinan ekstrem juga memerlukan keterlibatan warga, dengan tekad dan kerja keras dari warga sendiri untuk meningkatkan perekonomian.

Di Muara Angke, Agita dan mama-mama telah memulainya dengan merintis UMKM untuk mewujudkan harapan akan sebuah kemakmuran.

Editor: Masuki M. Astro
Copyright © ANTARA 2023