Jakarta (ANTARA) - Menteri Luar Negeri Indonesia Retno Marsudi mengajak negara-negara di dunia untuk bekerja sama dalam memutus lingkaran tuberkulosis (TB) dan kemiskinan.
Dalam acara sampingan pembahasan isu tuberkulosis di sela-sela Sidang ke-78 Majelis Umum PBB di New York pada Kamis (21/9), dia menjelaskan bahwa kemiskinan adalah lahan subur untuk penyakit tersebut, sementara tuberkulosis juga dapat menyebabkan masyarakat jatuh miskin.
“Menghentikan ancaman tuberkulosis adalah investasi pembangunan. Keluarga yang sembuh dari TB, dapat bangkit kembali, melakukan aktivitas ekonomi yang produktif, dan memperoleh kembali sedikitnya 50 persen dari kerugian yang mereka alami sebelumnya," kata Retno, seperti disampaikan melalui keterangan tertulis Kemlu RI pada Jumat.
Untuk itu, ujar dia, masyarakat rentan harus dibantu untuk bisa keluar dari “lingkaran setan” tuberkulosis, antara lain dengan memperkuat ketahanan masyarakat, memperbaiki akses pelayanan kesehatan, serta meningkatkan kesadaran tentang tuberkulosis.
Lebih lanjut, Menlu Retno mengingatkan bahwa tuberkulosis masih menjadi ancaman serius bagi masyarakat dunia, dan sekitar 1,6 juta orang meninggal dunia setiap tahun akibat penyakit tersebut.
Tuberkulosis merupakan penyakit paling menular kedua setelah COVID-19, yang juga sangat mematikan.
“Sangat disayangkan TB lebih sering ditemukan di negara-negara berkembang. Ini mencerminkan ketidaksetaraan global,” kata Retno.
Baca juga: Perubahan iklim perburuk penanganan AIDS, TB dan malaria global
Karena itu, dia mendorong investasi secara kolektif untuk pengembangan vaksin baru TB.
“Adanya terobosan dalam pengembangan vaksin TB harus menjadi tujuan bersama,” ucap Retno dalam pertemuan yang diselenggarakan bersama oleh Kementerian Kesehatan RI, Kementerian Kesehatan Polandia, dan Stop TB Partnership itu.
Penelitian dari Universitas Harvard menyebutkan bahwa vaksin TB yang efektif di negara-negara berpendapatan rendah dan menengah dapat memberi manfaat kesehatan sekaligus keuntungan ekonomi bernilai miliaran dolar.
Menlu Retno selanjutnya mengingatkan pelajaran berharga dari pandemi COVID-19, yaitu bahwa kesamaan pandangan mengenai kedaruratan COVID-19 membawa dampak positif.
“Dunia menantikan adanya hari ketika TB hanyalah kenangan dan bagian dari masa lalu. Untuk itu, kita harus bekerja bersama-sama dan kita harus bergerak sekarang,” tuturnya.
Baca juga: Menkes di PBB: Stop diskusi, mulai beraksi atasi TB
Baca juga: Kemenkes: Stigma masih jadi tantangan pasien TB dalam pengobatan
Pewarta: Yashinta Difa Pramudyani
Editor: Yuni Arisandy Sinaga
Copyright © ANTARA 2023