Analisa itu sebagai langkah memudahkan melakukan pemetaan faktor yang mendasari kenaikan harga komoditas tersebut.

Surabaya (ANTARA) - Pimpinan DPRD Kota Surabaya, Jawa Timur, menyarankan pemerintah kota (pemkot) untuk melakukan analisa secara berkala guna mengetahui penyebab kenaikan harga beras dan gula di pasaran.

"Analisa itu sebagai langkah memudahkan melakukan pemetaan faktor yang mendasari kenaikan harga komoditas tersebut," kata Wakil Ketua DPRD Surabaya Reni Astuti di Surabaya, Jumat.

Harga gula di Pasar Tambahrejo Surabaya mengalami kenaikan sebesar Rp3 ribu per kilogram dari Rp12 ribu menjadi Rp15 ribu. Sedangkan, harga beras saat ini rata-rata naik
dari sebelumnya Rp12 ribu menjadi Rp13 ribu hingga Rp17 ribu bergantung jenisnya.

Baca juga: Bapanas sebut harga gula pasir normal

Reni menyatakan, dengan analisa itu, pemkot bisa mengetahui kenaikan harga itu secara nasional atau hanya di Surabaya saja. Mungkin pasokannya berkurang karena ada kegagalan panen dan sebagainya.

Analisa berkala juga untuk memudahkan antisipasi kenaikan harga di waktu yang akan datang. Kemudian ketika harga di pasaran sudah terlanjut naik, upaya stabilisasi bisa secepatnya dilakukan.

"Kenaikan harga komoditas pangan itu muncul kemudian hilang kemudian muncul lagi. Jadi harga pangan di Surabaya harus stabil, misalnya sudah ada tanda-tanda kenaikan harus dilakukan stabilisasi," ujarnya.

Di sisi lain, Reni menyatakan Pemkot Surabaya bisa melakukan stabilisasi dengan membentuk tim khusus yang memantau harga pangan.

"Intinya harus ada tim pengendali harga komoditas pangan harus ada untuk mengontrol harga," ucapnya.

Baca juga: Gubernur Khofifah: Jawa Timur surplus beras 9,23 persen

Melalui tim khusus tersebut, langkah pemkot melakukan pemetaan penyebab kenaikan harga komoditas di pasaran bisa berjalan lebih optimal, sembari memanfaatkan data dari hasil analisa rinci.

Upaya koordinasi bersama Pemerintah Provinsi Jawa Timur dan Bulog juga harus lebih diperkuat.

"Tim itu nanti memantau dan mencari solusi, memprediksi bulan depan aman atau tidak. Kalau tidak aman antisipasinya bagaimana, kalau persoalan ada di distributor bisa diketahui kenapa harga naik," ujarnya.

Reni menambahkan apabila kenaikan harga pangan tidak segera ditangani maka bisa berdampak pada aspek perekonomian lainnya, apalagi Kota Surabaya juga merupakan daerah perdagangan dan jasa.

"Kenaikan harga bisa berdampak pada aspek lain, ada warung, restoran, di sini juga banyak kampus, harga kos mahasiswa terdampak," kata Reni.

Pantauan ANTARA di Pasar Pucang dan Pasar Tambahrejo, harga gula dan beras mengalami kenaikan.

Salah seorang pedagang di Pasar Tambahrejo Firman Romadhon menyebut harga gula mengalami kenaikan sebesar Rp3 ribu.

"Per kilogram dari Rp12.000 sekarang menjadi Rp15.000. Kalau yang 50 kilogram saya dapat dari distributor Rp700 ribu dari sebelumnya di harga Rp590 ribu," kata Firman.

Harga beras saat ini rata-rata Rp13.000 hingga Rp17.000 bergantung jenisnya. "Dulu paling murah masih bisa Rp12.000 tetapi saat ini tidak bisa," ujarnya.

Baca juga: Menjaga stok dan stabilitas harga beras

Terpisah, pedagang Pasar Pucang Anom Fatimah menyatakan harga gula saat ini rata-rata Rp14.500 per kilogram dari sebelumnya Rp13.000 per kilogram.

"Naik karena harga gula 50 kilogram dari Rp655 ribu sekarang jadi Rp691 ribu, naiknya sudah dari distributor," kata Fatimah.

Beras dari yang sebelumnya dijual dengan harga rata-rata per kilogram Rp12.500 hingga Rp13.000 kini menjadi Rp14.000-Rp15.000.

Dia berharap pemerintah bisa secepatnya menstabilkan harga komoditas tersebut.

"Minta tolong beras dan gula supaya turun harganya. Beras Bulog Rp54.000 per lima kilogram dan itu dicari banyak orang," tuturnya.

Pewarta: Abdul Hakim/Ananto Pradana
Editor: Nusarina Yuliastuti
Copyright © ANTARA 2023