Palangka Raya (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Tjilik Riwut Palangka Raya, Kalimantan Tengah mengingatkan sekaligus meminta kepada warga setempat, agar terus meningkatkan kewaspadaan terhadap potensi kebakaran hutan dan lahan (karhutla).

"Waspada potensi kebakaran hutan dan lahan di wilayah Kalimantan Tengah. Apalagi hingga tiga hari ke depan tidak didapati tanda-tanda turun hujan," kata Prakirawan BMKG Tjilik Riwut, Alfandy di Palangka Raya, Jumat.

Baca juga: BMKG imbau warga Kalteng waspadai potensi Karhutla

Kondisi tersebut menjadikan lahan di wilayah Kalimantan Tengah semakin kering, sehingga sangat mudah terjadi kebakaran, terutama di kawasan lahan gambut.

Untuk itu, masyarakat juga diimbau agar tidak melakukan pembakaran lahan dengan tujuan apapun. Jika sudah terbakar, lahan gambut akan sangat sulit untuk dipadamkan, bahkan kobaran apinya akan sangat mudah menyebar.

Baca juga: BMKG minta warga waspada potensi karhutla di Kalteng

Alfandy menambahkan, berdasarkan data hasil perkiraan cuaca, selama beberapa hari ke depan kondisi cuaca di wilayah Kalimantan Tengah umumnya cerah berawan.

Suhu udara berkisar antara 23 hingga 35 derajat celcius. Kelembaban udara berkisar antara 45–100 persen. Sementara angin umumnya bertiup dari Tenggara menuju ke arah Selatan dengan kecepatan berkisar antara 10–20 km/jam.

Baca juga: BMKG: Waspada gelombang tinggi 2 meter di selatan Kalteng

Kondisi tersebut juga bisa menjadikan kabut asap kebakaran lahan dapat yang mulai terlihat di wilayah Kota Palangka Raya pada pagi hari menyebar luas. Sehingga, sangat berpotensi menurunkan kualitas udara di wilayah Kota Palangka Raya yang dapat berdampak pada kondisi kesehatan masyarakat.

Sebelumnya, Kepala Dinas Kesehatan Kota Palangka Raya Andjar Hari Purnomo meminta warga di daerah setempat mewaspadai potensi penurunan kualitas udara dampak musim kemarau dan karhutla.

Baca juga: Polres sebut wilayah Kubu Raya masuk kategori waspada karhutla

"Fenomena munculnya asap dampak karhutla akan menurunkan kualitas udara menjadi tidak sehat. Kondisi ini yang harus selalu dipantau masyarakat ketika akan beraktivitas di luar rumah," katanya.

Andjar mengatakan, penurunan kualitas udara yang parah berdampak langsung pada kesehatan manusia, terlebih pada mereka yang masuk kategori rentan dan penderita penyakit degeneratif. Mereka yang masuk kategori rentan ini seperti bayi, anak di bawah lima tahun (balita), dan orang lanjut usia. Sementara penyakit degeneratif adalah kondisi kesehatan yang menyebabkan jaringan atau organ memburuk dari waktu ke waktu.

Pewarta: Rendhik Andika
Editor: Tunggul Susilo
Copyright © ANTARA 2023