Terkait hal itu, Kepala Bidang Pengembangan, Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI) Basri Yusuf mengemukakan, PBSI belum diinformasikan secara resmi oleh BWF.
"Saya sudah dengar wacana ini dari tahun lalu, tetapi soal diterapkan di Indonesia terbuka (Juni) tahun ini, kami dari pihak PBSI belum ada pemberitahuan secara resmi dari BWF," ucap Basri, yang dihubungi dari Jakarta, Kamis.
Teknologi mata elang merupakan teknologi dengan rekaman kamera yang memperlihatkan gerak bola dengan gerakan lambat sampai bola menyentuh bidang lapangan. Teknologi yang sudah diterapkan pada tenis dan kriket itu menggunakan banyak kamera yang terintegrasi dengan sistem komputer untuk menangkap sensor bola.
Dengan penggunaan teknologi mata elang ini, akan meminimalisasi kekeliruan hakim garis dalam memutuskan apakah bola masuk atau tidak saat terlihat menyentuh garis. Sehingga memungkinkan pemain untuk mengajukan "instant-review", guna memastikan jatuhnya bola dan pemain pun tidak dirugikan keputusan yang keliru.
"Sejak dulu memang sudah sangat perlu untuk memastikan bola-bola yang bisa memicu kontriversial. Karena ada anggapan bahwa tuan rumah suka diunggulkan hakim garis," ujar Basri.
Ia menambahkan, "Teknologi ini perlu untuk mengurangi kontroversial yang ditimbulkan hakim garis. Serta membuat pertandingan lebih menarik dan transparan".
Sebelumnya, seperti dikutip dari rilis resmi BWF, Presiden BWF Paisan Rangsikitpho mengatakan teknologi ini memberikan dampak yang menguntungkan bagi pemain lewat sistem "instant-review".
"Sistem ini membuat pemain percaya diri karena mereka bisa mendesak perubahan keputusan jika mereka merasa diberi keputusan yang keliru dari ofisial di lapangan," kata Paisan Rangsikitpho.
Pewarta: Monalisa
Editor: Suryanto
Copyright © ANTARA 2013