Manila (ANTARA News) - Kelompok gerilyawan komunis pada Kamis menewaskan tiga anggota pasukan keamanan Filipina dan melukai delapan orang lainnya dalam satu serangan menjelang persiapan akhir untuk pemilihan umum pekan depan, kata seorang pejabat.
Serangan mendadak tersebut menambah jumlah korban tewas mencapai 60 orang dalam serangkaian kekerasan yang dianggap berhubungan dengan pemilihan umum (pemilu) 13 Mei, saat para politisi bersaing memperebutkan 300 kursi parlemen nasional dan ribuan kursi di tingkat lokal.
Pemberontak Tentara Rakyat Baru (NPA) menyerbu iring-iringan pejabat yang mengirimkan sejumlah peralatan perlengkapan pemilu ke daerah perbukitan di utara kota Tabuk, menewaskan dua orang prajurit, kata komandan pasukan Kolonel Roger Salvator kepada AFP.
"Mereka tidak dapat mengambil mesin (alat pilih), namun sejumlah pengawal tertembak," kata Salvador kepada AFP, mengacu kepada alat pemindai yang akan digunakan untuk mengumpulkan suara pemilih di hampir 37.000 tempat pemungutan suara.
Penyerbuan juga meninggalkan enam orang prajurit pengawal terluka, kata Komisaris Besar Froilan Perez, kepala polisi provinsi Kalinga yang beribukota di Tabuk.
Perez mengatakan alat-alat pemindai tersebut telah sampai di pusat pemilu setempat untuk uji akhir menjelang pengambilan suara pada Senin (13/5), yang mencantumkan lebih dari 52 juta warga negara Filipina sebagai pemilik hak suara.
Ia juga menambahkan bahwa tidak ada petugas pemilu sipil yang terluka dalam penyerbuan konvoi tersebut.
Pemberontak NPA menyerbu sesaat setelah konvoi mengirimkan alat pemindai di bagian timur kota Ragay pada waktu fajar, menewaskan seorang prajurit milisi lokal yang dilatih militer, kata komandan militer lokal setempat Letnan Kolonel Michael Buhat.
Dua prajurit yang juga bagian dari pasukan keamanan pengawal konvoi terluka, ujarnya.
Militer Filipina telah mengatakan bahwa NPA berupaya menggunakan momentum pemilu untuk mengeruk jutaan dolar AS dengan memeras sejumlah uang dari para calon. Mereka yang menolak membayar akan diserang, kata petugas.
Sebulan lalu NPA menyerbu kantor walikota di kota bagian selatan, menewaskan dua pembantunnya dan melukai sang walikota beserta dua orang petugas polisi.
Pemerintah memperhitungkan sedikitnya 30.000 nyawa telah tewas akibat tindakan-tindakan kelompok pemberontak NPA yang beranggotakan 4.000 orang dan telah 44 tahun lamanya melancarkan kampanye bersenjata ideologi Maois mereka.
Pekan lalu, pemerintahan Presiden Benigno Aquino mengatakan upaya perdamaian dengan pihak komunis tersebut telah goyah dan target penyelesaian gejolak kekacauan pada 2016 mendatang sudah tidak mungkin untuk dicapai.
(G006/M016)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2013