Denpasar (ANTARA) - Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Denpasar menyebutkan kekeringan di Bali meluas dari sebelumnya 14 menjadi 15 kecamatan, karena selama 80 hari tidak turun hujan.

“Secara umum di Bali berada pada kategori masih ada hujan hingga kekeringan ekstrem,” kata Koordinator Bidang Data dan Informasi BMKG Wilayah III Denpasar I Nyoman Gede Wiryajaya di Denpasar, Bali, Jumat.

BMKG menerbitkan peringatan dini kekeringan di Pulau Dewata yang berlaku selama dasarian atau per 10 hari yang akan diperbarui berdasarkan pengamatan terbaru BMKG.

Baca juga: Tak kunjung hujan, BMKG: Waspada kekeringan di Bali Utara

Sebanyak 15 kecamatan itu yakni Kecamatan Buleleng, Gerokgak, Kubutambahan, Sawan, dan Sukasada, Kabupaten Buleleng.

Kemudian Kecamatan Melayan, Kabupaten Jembrana; Kecamatan Kintamani, Kabupaten Bangli; Kecamatan Karangasem dan Kubu, Kabupaten Karangasem.

Selanjutnya Kecamatan Kuta, Kuta Utara, dan Kuta Selatan, Kabupaten Badung; Kecamatan Nusa Penida, Kabupaten Klungkung; dan Kecamatan Denpasar Timur dan Denpasar Selatan, Kota Denpasar.

Ia mengungkapkan kecamatan yang paling lama mengalami kekeringan adalah Kubu, Kubutambahan, dan Kintamani.

Baca juga: BMKG sebut massa udara basah picu hujan saat periode kemarau di Bali

Pada 10 hari lalu, BMKG Denpasar mencatat kekeringan terjadi di 14 kecamatan di Bali.

Meskipun kekeringan di Bali meluas, kata dia, potensi terjadinya hujan di sejumlah titik di Bali terbuka lebar yang diperkirakan terjadi hingga 30 September 2023.

Potensi hujan itu yakni di Kecamatan Selemadeg, Selemadeg Barat, dan Sidemen.

“Distribusi curah hujan di Bali secara umum itu antara nol hingga 215,5 milimeter per 10 hari,” katanya.

Baca juga: BMKG terbitkan peringatan dini waspada kebakaran hutan di Bali

Sebelumnya, BMKG memperkirakan puncak musim kemarau di Bali terjadi pada Juli-Agustus 2023 yang dipengaruhi fenomena El Nino.

Pewarta: Dewa Ketut Sudiarta Wiguna
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023