Jakarta (ANTARA) - Produsen serat tekstil asal Austria, Lenzing Group melalui anak usahanya PT South Pacific Viscose (SPV) menginvestasikan Rp2 triliun untuk mengembangkan produk serat yang ramah lingkungan, EcoVero.
"EcoVero mentransformasi produk viscose komoditas kepada produk viscose yang ramah lingkungan, Lenzing menginvestasikan sekitar Rp2 triliun untuk transformasi SPV sehingga bisa memproduksi EcoVero," ujar Presiden Direktur SPV, Sri Aditya di pabrik SPV Purwakarta, Jawa Barat, Kamis.
EcoVero merupakan produk serat viscose berbahan dasar kayu yang diproduksi dengan penggunaan energi fosil dan air yang lebih rendah hingga 50 persen dibandingkan viscose pada umumnya
Produk tersebut memiliki sertifikasi standar produksi ramah lingkungan EU Ecolabel yang diakui secara internasional. Serat EcoVero digunakan oleh beberapa jenama fesyen global seperti M&S, H&M, dan Levi’s.
Pabrik SPV yang berlokasi di Purwakarta memiliki kapasitas produksi 300 ribu serat viscose per tahun. Pabrik yang berdiri sejak 1978 itu menempati lahan seluas 85 hektare dan menyerap 1.500 tenaga kerja.
"Kalau kuantitas akan sekitar 300 ribu ton per tahun untuk produk ramah lingkungan, di mana tekstil akan ada sekitar 70 persen dengan merek EcoVero di sini," kata Aditya.
Aditya menjelaskan melalui investasi itu Lenzing memiliki target untuk mengurangi emisi sulfur atau belerang sebesar 18 ribu ton per tahun serta pengurangan emisi gas CO2 sebanyak 139 ribu ton per tahun.
"Termasuk juga perbaikan kualitas air limbah yang dikeluarkan SPV sehingga mencapai jauh lebih baik dari peraturan pemerintah dan dapat memenuhi standar Zero Discharge of Hazardous Chemicals (ZDHC) untuk mengurangi emisi dari bahan-bahan kimia," imbuhnya.
Aditya memastikan dari segi harga produk, serat EcoVero dijual dengan harga kompetitif karena rantai pasok industri tekstil yang panjang. EcoVero hanya akan menambah biaya Rp3.000 - Rp5.000 untuk dibeli pabrikan tekstil sebelum dipasarkan ke hilir.
"Seandainya dari fiber ada kenaikan Rp3.000 - Rp5.000, dari produk akhir nambah Rp1.000 saja, tapi mungkin di pasar ada kenaikan," ucapnya.
Baca juga: Mendag sebut peluang ekspor serat viskose ke India meningkat
Baca juga: Kemenperin pacu serat alam jadi bahan baku tekstil via program Dapati
Baca juga: Industri denim & busana muslim didorong manfaatkan kapas berkelanjutan
Pewarta: Farhan Arda Nugraha
Editor: Biqwanto Situmorang
Copyright © ANTARA 2023