Washington (ANTARA News) - Korea Utara (Korut) menembakkan rudal jarak-jauh Taepodong-2, Rabu, dalam ujicoba yang tampaknya tak berhasil setelah 40 meluncur detik, dan juga melakukan ujicoba tembakan atas dua rudal jarak-dekat, demikian laporan media AS yang mengutip keterangan beberapa pejabat pemerintah. Wanita jurubicara Gedung Putih Dona Perino dilaporkan mengatakan pejabat pemerintah mengadakan konsultasi darurat, tetapi untuk sementara tak bersedia memberi komentar. Dua rudal jarak-dekat diluncurkan dari satu tempat berbeda dari yang diawasi para pejabat intelijen pemerintah selama berpekan-pekan sebelum penembakan rudal jarak-jauh, kata seorang pejabat senior Departemen Luar Negeri AS sebagaimana dikutip CNN. Sementara itu, Associated Press (AP) dan Reuters melaporkan para pejabat Pentagon --yang mau berbicara dengan syarat jatidiri mereka tak disebutkan-- mengatakan Korut menembakkan dua rudal jenis Scud. "Peluncuran tersebut tampaknya bukan peluncuran yang telah diberitakan. Ini kelihatannya adalah peluncuran jenis rudal Scud dengan jarak-dekat," kata seorang pejabat Pentagon sebagaimana dikutip AP. Han Song Ryol, Wakil Kepala Misi Korut di PBB, New York, mengatakan kepada AP dalam wawancara telefon, "Kami, diplomat, tak mengetahui apa yang dilakukan oleh militer." AP juga mengutip pernyataan Duta Besar AS untuk PBB John Bolton, "Kami melakukan konsultasi darurat dengan anggota Dewan Keamanan." Para pejabat AS dilaporkan mengatakan "terlalu dini" untuk memutuskan apakah akan mengadakan pertemuan. Seorang diplomat Perancis, yang negaranya memangku jabatan bergilir Presiden Dewan Keamanan untuk Juli, mengatakan belum ada permintaan bagi penyelenggaraan pertemuan pada Selasa malam. Dewan tersebut diperkirakan membahas masalah itu Rabu, pada konsultasi rutinnya, kata Reuters. Amerika Serikat, Jepang dan negara lain telah memperingatkan Pyongyang agar tidak melakukan ujicoba penembakan rudal jarak-jauh, dan menyatakan tindakan semacam itu akan dipandang sebagai provokasi. Pada taklimat bersama setelah pertemuan mereka Selasa di Gedung Putih, Perdana Menteri Jepang Junichiro Koizumi dan Presiden AS George W. Bush memperingatkan Korut mengenai berbagai konsekuensi kalau Pyongyang meluncurkan rudal, dan Koizumi mengatakan mereka sepakat untuk "melakukan tekanan", sementara Bush menyebut-nyebut tindakan Dewan Keamanan PBB. Pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, sebagaimana dikutip CNN, mengatakan peluncuran tersebut dilakukan bersamaan dengan peluncuran pesawat antariksa ulang-alik Discovery dari Florida, dan menyebutnya "tindakan provokatif yang dirancang untuk menarik perhatian". Fox News melaporkan bahwa Bush mendapat penjelasan mengenai kegiatan itu sekitar pukul 16:20 waktu setempat, setelah rudal pertama diluncurkan pukul 14:30. Waktu tersebut bersamaan dengan keberhasilan NASA meluncurkan Pesawat Antariksa Discovery ke orbit untuk misi 13 hari, demikian antara lain isi laporan itu. Korut menembakkan rudal Taepodong-1 melintasi Jepang pada 1998, tapi mengumumkan penghentian ujicoba masa depan pada 1999. Dua pejabat senior Departemen Luar Negeri AS, Selasa, mengatakan truk bahan bakar telah meninggalkan tempat rudal Taepodong-2 berada, kejadian yang menunjukkan bahwa ujicoba mungkin sudah dekat. Washington percaya bahwa rudal Taepodong-2 mampu menjangkau Alaska dan daerah Pantai Barat dengan versi dua-tahap dan mengincar semua wilayah Amerika Utara dengan jenis tiga-tahap. (*)
Copyright © ANTARA 2006