Yangon (ANTARA) - Akademisi menggelar seminar tentang kerja sama China-Myanmar dalam rangka mempromosikan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra (BRI) dan Komunitas dengan Masa Depan Bersama pada Rabu (20/9) dengan fokus pada pencapaian dan prospek BRI yang diusulkan China.

Institut Studi Strategis dan Internasional Myanmar dan Institut Studi Myanmar, Universitas Yunnan, bersama-sama menggelar seminar akademik yang meliputi sesi pembacaan makalah dari 18 akademisi China dan Myanmar.

Para akademisi dari kedua negara menekankan kolaborasi mereka dalam mempromosikan Inisiatif Sabuk dan Jalur Sutra dan konsep masa depan bersama tidak hanya bermanfaat bagi negara mereka, namun juga memiliki signifikansi praktis yang besar untuk memajukan kerja sama internasional di kawasan ini dan sekitarnya.

Dalam seminar tersebut, Menteri Persatuan Myanmar untuk Kantor Pemerintah Persatuan 2, U Ko Ko Hlaing, menyoroti luasnya cakupan Koridor Ekonomi China-Myanmar yang mencakup sejumlah proyek infrastruktur yang mendukung konektivitas antara kedua negara.

Dia mengatakan koridor ekonomi China-Myanmar merupakan proyek besar yang dapat berdampak signifikan terhadap nasib Myanmar dan pembangunan seluruh kawasan Asia Tenggara.

Dia menambahkan kerja sama BRI akan membantu mendorong pembangunan kedua negara serta negara-negara lain dan juga membangun masa depan bersama yang lebih baik dan bisa menjadi tempat bagi semua orang untuk berkembang secara setara.

(Xinhua)

Lebih dari 50 pejabat, akademisi, dan perwakilan media dari China dan Myanmar berpartisipasi dalam acara tersebut, yang juga merupakan aktivitas peringatan yang diselenggarakan oleh komunitas akademis kedua negara untuk memperingati 10 tahun BRI.

BRI, merujuk pada Sabuk Ekonomi Jalur Sutra dan Jalur Sutra Maritim Abad ke-21, diprakarsai oleh China pada 2013 untuk membangun jaringan perdagangan dan infrastruktur yang menghubungkan Asia dengan Eropa dan Afrika di dalam dan di luar rute perdagangan Jalur Sutra kuno.

Pewarta: Xinhua
Editor: Bayu Prasetyo
Copyright © ANTARA 2023