Namun sekarang volume ubur-uburnya mulai berkurang, sejak ada hujan beberapa hari lalu.
Cilacap (ANTARA) - Pelaksana Tugas Kepala Dinas Perikanan Kabupaten Cilacap Indarto mengatakan nelayan di sejumlah wilayah Cilacap, Jawa Tengah dalam beberapa hari terakhir panen ubur-ubur (sejenis binatang laut yang termasuk dalam kelas Scyphozoa).
"Namun sekarang volume ubur-uburnya mulai berkurang, sejak ada hujan beberapa hari lalu," kata Indarto, di Cilacap, Kamis.
Menurut dia, ubur-ubur biasanya muncul di perairan selatan Cilacap saat musim kemarau atau musim angin timuran yang tidak disertai dengan adanya hujan.
Ia mengatakan produksi ubur-ubur hasil tangkapan nelayan pada tahun 2019 mencapai 900 ton, namun pada tahun 2020-2022 turun drastis karena sering terjadi hujan.
"Apalagi tahun 2022 ada fenomena La Nina, sehingga sering terjadi hujan. Padahal, ubur-ubur kalau ada hujan akan menghilang atau tidak muncul," ujarnya pula.
Terkait dengan hal itu, dia memperkirakan produksi ubur-ubur pada tahun 2023 tidak sebanyak tahun 2019 karena sempat terjadi hujan.
Lebih lanjut, Indarto mengatakan ubur-ubur hasil tangkapan nelayan tersebut dijual ke pengepul dan selanjutnya dikirim ke eksportir yang berada di luar wilayah Cilacap.
"Ubur-ubur itu diekspor ke sejumlah negara seperti China," katanya lagi.
Salah seorang nelayan di Cilacap Darkim mengatakan ubur-ubur mulai bermunculan sejak awal bulan September, namun saat sekarang sudah mulai berkurang.
Kendati demikian, dia mengaku masih bisa mendapatkan 1-2 ton ubur-ubur dalam sekali melaut.
"Biasanya, saya bisa dua kali berangkat melaut dalam sehari, hanya untuk menangkap ubur-ubur," ujarnya pula.
Menurut dia, ubur-ubur tersebut selanjutnya dijual ke pengepul di Kompleks Pelabuhan Perikanan Samudra Cilacap dengan harga Rp900 per kilogram.
Salah seorang pengepul Dirman mengaku saat sekarang hanya bisa mengumpulkan ubur-ubur hasil tangkapan nelayan hingga kisaran 20-30 ton.
"Dulu bisa bisa mencapai 50 ton. Ubur-ubur itu saya beli dari nelayan sebesar Rp900/kg, kemudian dijual ke gudang (penampungan) dengan harga Rp1.100/kg sudah termasuk upah tenaga kerja dan transportasi," ujarnya lagi.
Setelah melalui berbagai proses pengeringan, ubur-ubur tersebut dikirim ke eksportir di Jakarta untuk diekspor ke sejumlah negara di kawasan Asia Timur seperti China dan Jepang guna diolah menjadi bahan makanan maupun kosmetik.
Baca juga: Ubur-ubur memenuhi kawasan pantai Probolinggo
Baca juga: Album Asia: Melihat ledakan populasi ubur-ubur di Jawa Timur
Pewarta: Sumarwoto
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023