BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, namun yang akan menjadi perhatian adalah bagaimana komitmen BI menjaga stabilitas rupiah

Jakarta (ANTARA) - Analis pasar mata uang Lukman Leong memperkirakan rupiah melemah terhadap dolar AS setelah Federal Reserve (The Fed) bersikap lebih hawkish dengan memberikan kenaikan suku bunga sekali lagi pada tahun ini dalam rapat Federal Open Market Committee (FOMC).

"(Selain itu) Fed juga (memberikan sinyal) akan menahan suku bunga tinggi untuk waktu yang lebih lama," ucap dia ketika dihubungi di Jakarta, Kamis.

Menurut dia, dolar rebound cukup besar pasca-FOMC, tetapi pelemahan rupiah tidak akan terlalu besar mengingat investor masih akan menantikan hasil dari Rapat Dewan Gubernur Bank Indonesia (BI) siang ini.

"BI diperkirakan akan mempertahankan suku bunga, namun yang akan menjadi perhatian adalah bagaimana komitmen BI menjaga stabilitas rupiah," ungkap Lukman.

Dolar AS sedikit melemah terhadap sekeranjang mata uang utama lainnya pada akhir perdagangan Rabu (Kamis pagi WIB), setelah Federal Reserve mempertahankan suku bunga acuannya tidak berubah pada level tertinggi dalam dua dekade, namun mengindikasikan setidaknya satu kenaikan lagi mungkin terjadi tahun ini karena inflasi tetap tinggi.

Indeks dolar, yang mengukur greenback terhadap enam mata uang utama lainnya, turun 0,03 persen menjadi 105,1252 pada akhir perdagangan.

FOMC mempertahankan suku bunga kebijakan di antara 5,25 persen dan 5,5 persen, yang tertinggi dalam 22 tahun.

Nilai tukar (kurs) rupiah yang ditransaksikan antarbank di Jakarta pada Kamis pagi melemah 0,09 persen atau 14 poin menjadi Rp15.395 per dolar AS dari sebelumnya Rp15.381 per dolar AS.

Baca juga: Dolar naik di awal Asia setelah jeda Fed, kekhawatiran yen meningkat
Baca juga: Dolar AS sedikit melemah karena Fed biarkan suku bunga tidak berubah
Baca juga: Pengamat: Tekanan global terhadap rupiah masih sangat besar

Pewarta: M Baqir Idrus Alatas
Editor: Kelik Dewanto
Copyright © ANTARA 2023