Jakarta (ANTARA News) - Penurunan tingkat investasi yang dikeluarkan oleh beragam lembaga pemeringkat terkemuka seperti Standard & Poor dan Moody`s adalah karena tidak adanya kepastian dalam sejumlah kebijakan seperti kenaikan harga BBM.
"Penurunan tingkat investasi karena tidak adanya kepastian," kata Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin, dalam diskusi "Kriminalisasi Kebijakan Korporasi Hambatan Serius Investasi di Indonesia" yang digelar di Kampus Pascasarjana Universitas Paramadina, di Jakarta, Rabu.
Menurut dia, Indonesia seperti "gadis cantik" yang sebenarnya memiliki beragam keunggulan dalam hal perekonomian seperti indikator makro yang baik. Namun "gadis cantik" tersebut tidak bisa memberikan kepastian kepada para "pemuda" atau pihak investor potensial yang mendatanginya.
Untuk itu, pemerintah diminta untuk segera dapat melakukan pembenahan terhadap berbagai hal yang menjadi hambatan serius dalam berinvestasi seperti masih belum adanya kepastian tentang penyesuaian harga BBM yang hingga kini masih belum ada realisasinya.
Di tempat terpisah, Partai Golongan Karya mengusulkan dua jenis kompensasi, yaitu jangka pendek dan panjang, jika pemerintah memutuskan untuk mengurangi subsidi bahan bakar minyak (BBM).
Ketua Umum DPP Partai Golkar Aburizal Bakrie menjelaskan bahwa kompensasi jangka pendek diperlukan karena penyesuaian subsidi BBM akan mengakibatkan kenaikan harga yang dapat menimbulkan gejolak harga yang akan banyak dirasakan masyarakat menengah ke bawah.
Sementara itu untuk kompensasi jangka panjang, Aburizal mencontohkan pembangunan infrastruktur dan program-program kesejahteraan rakyat.
Pewarta: Muhammad Razi Rahman
Editor: Ella Syafputri
Copyright © ANTARA 2013