Jakarta (ANTARA) - Ascent, platform modal ventura baru yang belum lama diluncurkan, fokus berinvestasi pada startup-startup high-growth (pertumbuhan tinggi) di Indonesia maupun kawasan Asia Tenggara.
Ascent sebagai dana ventura flagship ketiga dari MDI Ventures bertujuan menghimpun dana senilai total 200 juta dolar AS. Dana itu akan diinvestasikan pada 25 startup tahap awal yang berpotensi memiliki pertumbuhan tinggi berbasis teknologi berfokus di Indonesia dan sekitarnya.
Ascent merupakan hasil penggabungan (merger) antara ARISE dan Centauri yang terhubung dengan ekosistem terbesar di kawasan Asia Tenggara, dengan empat mitra, 10 profesional investasi, serta tim operasional pendukung yang berbasis di Jakarta, Singapura, dan Seoul. Mereka juga memiliki akses ke ekosistem dengan nilai miliaran dolar di Asia Tenggara.
"Nama ini muncul dari gabungan nama dana sebelumnya, 'ARISE' dan 'Centauri'. Filosofi yang ingin dicerminkan adalah semangat dan tekad yang kami terapkan dalam berinvestasi dan para founder agar tidak menyerah dalam mengejar ambisi serta menghadapi berbagai tantangan untuk mencapai puncak," kata Managing Partner di Ascent Venture Group Kenneth Li dalam pernyataan pers di Jakarta, Kamis.
Baca juga: Modal ventura lebih tertarik pada startup dengan fundamental kuat
Sebelum membentuk Ascent, ARISE dan Centauri sudah berinvestasi pada 30 perusahaan di Asia Tenggara dan global. Lebih dari 70 persen dari perusahaan-perusahaan itu berhasil mendapatkan pendanaan lanjutan dari investor pihak ketiga setelah investasi awal dari Ascent.
Hasilnya, ada dua merger dan akuisisi, serta satu Initial Public Offerring (IPO) dengan metrik keuntungan dari money on invested capital (MOIC) atau tingkat keuntungan investasi masing-masing mencapai 3,2x dan 1,75x. Beberapa perusahaan portofolio Ascent antara lain Agriaku, Evermos, Qoala, Paxel, dan Fishlog.
"Ambisi kami adalah menyatukan semua sumber daya dan jaringan ekosistem untuk menciptakan sebuah platform yang bisa menghasilkan nilai yang eksponensial," ungkap Managing Partner di Ascent Venture Group Aldi Adrian Hartanto.
Hubungan erat Ascent dengan grup investasi growth-stage yang terkemuka seperti KB Investment dan MDI Ventures, kata Aldi, turut memberi dorongan ekstra dalam bentuk kapital tahap lanjut saat perusahaan portfolio memasuki tahap profitabilitas atau pencocokan model bisnis.
Managing Partner di Ascent Venture Group Hans De Back meyakini kemitraan komersial yang kuat antara startup dan perusahaan besar menjadi faktor yang membedakan dan mempercepat pertumbuhan startup di Indonesia, serta Asia Tenggara.
"Kami menyambut baik Central Capital Ventura, yang merupakan corporate venture capital dari Bank Central Asia, sebagai mitra ekosistem Ascent. Kemitraan ini akan membuat nilai sinergis potensi bagi calon startup portofolio kami karena kemitraan ini membuka peluang kolaborasi ke dalam ekosistem grup," ujar dia.
"Gelombang investasi pertama pada ekosistem startup Indonesia telah mempercepat adopsi berbagai teknologi seperti e-commerce, taksi online, OTA, dan tekfin. Namun, Indonesia sebetulnya masih relatif awal dalam kurva adopsi teknologi. Gelombang investasi dan gelombang berikutnya akan membawa Indonesia lebih dekat dengan pasar lain yang lebih berkembang, serta menciptakan berbagai disrupsi dan peluang digitalisasi pada sektor-sektor yang lebih tradisional," kata Managing Partner di Ascent Venture Group Eric (Jung Ho) Yoo menambahkan.
Baca juga: HUB.ID Summit penuhi target pertemuan "startup" dan modal ventura
Baca juga: "Tech winter" ancam startup berjatuhan, ini pesan wamenkominfo
Baca juga: Antler bantu "founder startup" Indonesia lewat Day Zero
Pewarta: Suryanto
Editor: Natisha Andarningtyas
Copyright © ANTARA 2023