Jakarta (ANTARA News) - Perbedaan cara pandang antara Indonesia dan Australia akan selalu ada karena perbedaan budaya yang membentuk masyarakat negara masing-masing.
Pernyataan tersebut dikemukakan oleh Menteri Luar Negeri (Menlu) Hassan Wirajuda pada acara seminar dan peluncuran buku bertema "Different Societies, Shared Future: Australia, Indonesia and the Region" di CSIS Jakarta, Selasa.
"Kita harus menerima kenyataan bahwa akan selalu ada perbedaan yang didasari perbedaan budaya antara Indonesia dan Australia. Komunitas kita tidak akan pernah sama laiknya bayangan cermin," kata Menlu.
Namun, kata Menlu, sekalipun Indonesia dan Australia tidak akan pernah melihat dunia dengan cara yang sama bukan berarti tidak dapat saling berbagi kepentingan.
"Kita dapat berbagi tujuan sebagai sahabat dan rekan kolaborasi," ujarnya.
Menlu juga menyampaikan bahwa Pemerintah Indonesia dan Australia akan memulai pembicaraan mengenai kerja sama pertahanan pada Juli 2006 dan diharapkan selesai pada akhir tahun.
Dubes Australia untuk Indonesia Bill Farmer mengatakan bahwa
pemerintah Australia berniat untuk membangun 2.000 sekolah di Indonesia dalam waktu lima tahun untuk mendorong kerjasama di bidang pendidikan.
Setelah Pemerintah Australia memutuskan untuk memberikan visa sementara kepada 42 warga asal Papua hubungan antara Pemerintah Indonesia dan Australia memang sempat memburuk.
Upaya pemulihan hubungan kedua negara tersebut terus dilakukan oleh kedua pemerintah hingga ke tingkat tertinggi dengan pertemuan antara Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Perdana Menteri John Howard di Batam baru-baru ini.
Pernyataan Howard mengenai kedaulatan Indonesia termasuk atas Papua dalam surat yang dikirimkan kepada Presiden Yudhoyono merupakan signal positif dalam upaya pemulihan hubungan kedua negara.(*)
Editor: Ruslan Burhani
Copyright © ANTARA 2006