Doktrin arkeolog itu situs harus dilestarikan, saya tahu itu karena saya arkeolog

Jakarta (ANTARA News) - Ketua Tim Riset Terpadu Mandiri Gunung Padang, Ali Akbar, meyakini ekskavasi massal tidak akan merusak situs megalitikum Gunung Padang, karena hanya dilakukan untuk menghilangkan belukar disekitar gunung.

"Ekskavasi massal di Trowulan juga pernah dilakukan, tidak ada masalah, ekskavasi dilakukan oleh 100 arkeolog juga. Yang ini hanya menghilangkan semak-semak saja kok, supaya bentuk aslinya terlihat," kata Ali Akbar di Jakarta, Rabu.

Tim riset membuka lowongan bagi 10 sukarelawan arkeolog untuk ikut dalam ekskavasi tersebut dan saat ini sudah ada hampir 100 arkeolog yang mendaftar untuk ikut melakukan ekskavasi di Gunung Padang.

Selain itu ada sekitar 400 orang dari berbagai latar belakang ilmu yang mendaftar untuk membantu ekskavasi Kemuliaan Merah Putih tersebut secara sukarela.

"Ada akuntan, arsitek, geolog, mereka tentu dapat membantu sesuai dengan keilmuannya masing-masing, dan tidak mungkin juga tim akan membiarkan ekskavasi di bagian situsnya dilakukan oleh yang bukan arkeolog. Kecuali arkeolog, relawan hanya akan diperbolehkan membantu membuka semak-semak," ujar dia.

Sehingga, ujarnya, tidak perlu ada ketakutan ekskavasi akan merusak situs yang ternyata merupakan bangunan raksasa beradius 15 hektare (ha).

Mulanya ekskavasi akan dilakukan pada 11-12 Mei 2013. Tim akan mengarahkan relawan bagian mana saja yang akan diekskavasi.

Ia yakin bentuk utuh bangunan berbentuk trapesium di situs tersebut bisa terlihat dalam beberapa hari.

"Ada yang 100 meter jauhnya dari situs yang sudah dilindungi, ada yang 200 meter, ada yang 700 meter. Radius luas bangunan itu sendiri besar sekali bisa sampai 15 hektare".

Namun, sejumlah aktivis dari Forum Pelestari Gunung Padang mengirimkan petisi kepada Presiden Susilo Bambang Yudhoyono agar rencana ekskavasi situs megalitikum Gunung Padang di Desa Campaka, Cianjur, Jawa Barat itu, dibatalkan.

Mereka menyebutkan situs di Gunung Padang sangat berharga karena merupakan bangunan megalitik terbesar di Asia Tenggara sekaligus bukti peradaban manusia, sehingga harus dilindungi dari kemungkinan terjadinya kerusakan permanen.

Rencana ekskavasi massal yang menurut mereka menggunakan tenaga tidak terlatih dikhawatirkan berpotensi menghilangkan data arkeologi yang tidak dapat dipulihkan kembali.

Menanggapi ini, Ali mengaku heran dan menyayangkan petisi tersebut. Menurut dia, masyarakat sekitar Gunung Padang pun bertanya kenapa ekskavasi akan dibatalkan, mengingat selama ini tidak ada dari bagian situs yang rusak.


Pewarta: Virna P Setyorini
Editor: Heppy Ratna Sari
Copyright © ANTARA 2013