Jakarta (ANTARA) - Menteri Keuangan RI Sri Mulyani Indrawati menyampaikan bahwa indeks PMI manufaktur Indonesia atau Purchasing Manager’s Index (PMI) masih mencatatkan ekspansi pada level 53,9 poin per Agustus 2023.

Indeks PMI Manufaktur Indonesia meningkat dibandingkan bulan Juni 2023 yang tercatat pada level 52,5 poin.

“Indonesia yang masih bertahan PMI ekspansinya, juga menunjukkan suatu aktifitas yang menguat pada level 53,9,” kata Sri Mulyani dalam laporan APBN KiTa yang dipantau secara virtual di Jakarta, Rabu.

Bersamaan dengan Indonesia, negara lain seperti India, Rusia, Meksiko dan Arab Saudi berada pada zona ekspansi. Di antara negara-negara tersebut, India menjadi negara yang mencatatkan PMI Manufaktur tertinggi di level 58,6.

Selain itu, PMI manufaktur Malaysia tercatat 47,8, serta Vietnam 50,5 poin.

“Negara-negara tetangga kita seperti Vietnam sudah mulai merangkak naik mendekati atau sedikit tipis di atas ekspansi PMI manufakturnya, memulih yaitu dari kontraksi merangkak sedikit menuju ekspansi,” ujar Sri Mulyani.

Berdasarkan data PMI manufaktur tersebut, Bendahara Negara itu menyampaikan bahwa kinerja manufaktur mayoritas negara-negara Asia lebih ekspansif dibandingkan negara Eropa dan AS.

Lebih lanjut, Sri Mulyani memaparkan PMI manufaktur negara lain seperti Eropa, AS dan Jepang masih tertahan di zona kontraksi. PMI manufaktur Eropa tercatat pada level 43,5, Tiongkok di level 51,0, AS di level 47,9, serta Jepang masih tertahan di level 49,6.

“Sedangkan 66,70 persen negara terutama Eropa dan AS, Jepang, termasuk Korsel, dan beberapa negara ASEAN, Thailand, Filipina, Malaysia, Singapura mereka masih didalam PMI manufaktur yang kontraktif,” pungkasnya.

Baca juga: Menkeu: Kondisi ekonomi global hingga kini lebih baik dari perkiraan


Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023