Sejalan dengan OJK, kami berkomitmen untuk memastikan layanan asuransi tersebar luas ke seluruh konsumen Indonesia

Jakarta (ANTARA) - Oona Insurance Indonesia memanfaatkan teknologi sebagai strategi utama untuk memperluas cakupan nasabah asuransi umum.

President Commisioner Oona Indonesia Abhishek Bhatia mengatakan, perusahaan berfokus menyediakan produk-produk asuransi yang mengimplementasi teknologi seperti kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) agar semakin meningkatkan layanan terhadap nasabah.

“Sejalan dengan OJK, kami berkomitmen untuk memastikan layanan asuransi tersebar luas ke seluruh konsumen Indonesia, jadi ini merupakan langkah pertama kami dalam memastikan produk kami (asuransi) tersedia, dan dapat diakses menggunakan teknologi untuk membuat cakupannya lebih luas,” kata Abhishek dalam Media Briefing Peluncuran Oona Flight Delay Insurance secara virtual di Jakarta, Rabu.

Komitmen pemanfaatan teknologi untuk memperluas cakupan nasabah itu muncul sebagai respon terhadap data Otoritas Jasa Keuangan (OJK) tentang masih rendahnya penetrasi asuransi di Indonesia.

Tingkat penetrasi asuransi di Indonesia pada 2021 baru mencapai 3,18 persen, dengan asuransi umum yang hanya 0,47 persen. Dari sisi pertumbuhan pendapatan premi, premi sektor asuransi periode Januari sampai dengan November 2022 mencapai Rp280,24 triliun atau dapat dinyatakan tumbuh stagnan dengan pertumbuhan hanya sebesar 0,44 persen dibandingkan periode tahun sebelumnya.

Hal itu sejalan dengan hasil Survei Nasional Literasi dan Inklusi Keuangan (SNLIK) 2022, di mana tingkat inklusi asuransi mengalami peningkatan yang kurang signifikan yaitu dari sebesar 13,15 persen pada 2019 menjadi sebesar 16,63 persen pada 2022.

Abhishek menjelaskan, saat ini pihaknya melihat adanya peluang dari sektor asuransi umum di Indonesia. Dengan digitalisasi, asuransi umum menjadi salah satu sektor yang berpotensi tumbuh secara eksponensial.

Asuransi umum di Indonesia merupakan pasar dengan Gross Written Premium (GWP) senilai 5 miliar dolar AS yang diproyeksikan tumbuh dengan compounded annual growth rate (CAGR) 12-13 persen selama 6 tahun ke depan.

“Asuransi umum digital siap mengalami pertumbuhan yang luar biasa seiring dengan meningkatnya penggunaan internet dan pembayaran elektronik di Indonesia,” ujarnya.

Menurut Abhishek, ada empat pendorong utama dalam berkembangnya asuransi umum digital di Indonesia.

Pertama, tingginya penetrasi gawai (smartphone) yang mampu menyelesaikan semua proses asuransi secara daring atau real-time online.

Kedua, adopsi jaringan 4G. Hal tersebut menjadi pendorong utama untuk menjaga jaringan yang tetap stabil dan aman untuk transaksi daring di seluruh wilayah Indonesia.

Ketiga, penetrasi pembayaran digital di Indonesia, Serta keempat, mitra scenario-based ecosystem, yang mana menawarkan produk berbasis skenario real-time melalui saluran digital seperti asuransi pengiriman dan asuransi perjalanan.

Lebih lanjut, Abhishek meyakini bahwa industri asuransi Indonesia akan semakin tumbuh eksponensial beberapa tahun ke depan saat Indonesia telah mencapai pendapatan per kapita di atas 5.000 dolar AS.

“Setelah pendapatan per kapita (Indonesia) 5.000 dolar, pembeli asuransi akan mulai tumbuh secara eksponensial. Karena jika masih di bawah 5.000 dolar, masyarakat masih fokus menciptakan aset dan konsumsi, di atas 5.000 dolar, mereka sudah fokus untuk menciptakan kualitas aset, dan berpikir cara melindunginya,” pungkasnya.

Adapun Oona Insurance Indonesia adalah platform asuransi umum digital di bawah Oona Holdings Pte. Ltd. Di Indonesia, Oona beroperasi melalui PT Asuransi Bina Dana Arta, Tbk yang telah berizin serta diawasi oleh OJK.

Baca juga: IFG: Literasi perasuransian perlu ditingkatkan agar setara dengan bank
Baca juga: Bareskrim tuntaskan penyidikan kasus Asuransi Kresna Life

Pewarta: Bayu Saputra
Editor: Ahmad Wijaya
Copyright © ANTARA 2023