Jakarta (ANTARA) - Badan Pelindungan Pekerja Migran Indonesia (BP2MI) menyampaikan bahwa sektor manufaktur dan perikanan mendominasi penempatan pekerja migran Indonesia (PMI) program Government to Government (G to G) ke Korea Selatan (Korsel).

"Kalau kita melihat dari tren penempatan pekerja migran kita dari tahun ke tahun, khususnya yang dikelola oleh BP2MI melalui skema G To G ini menunjukkan tren yang semakin meningkat," ujar Sekretaris Utama BP2MI Rinardi dalam keterangannya di Jakarta, Selasa.

Menurut dia, peningkatan penempatan PMI itu seiring dengan pemerintah yang sudah hadir secara penuh untuk dapat memfasilitasi.

Baca juga: BP2MI melepas 141 pekerja Indonesia ke Korea Selatan

Ia menyebutkan penempatan PMI sektor manufaktur pada tahun 2021 sebanyak 112 orang, pada 2022 naik menjadi 8.811 orang. Sedangkan pada tahun ini sampai dengan 19 September 2023 tercatat sebanyak 6.238 orang.

Sementara untuk sektor perikanan, tahun 2021 tercatat sebanyak 61 orang, pada 2022 melonjak menjadi 2.734 orang, dan pada 2023 sebanyak 2.705 orang.

Rinardi mengatakan bekerja di luar negeri mendapat jaminan dari konstitusi melalui Undang-Undang Dasar Pasal 27 ayat 2, di mana pemerintah menjamin bahwa masyarakat berhak untuk mendapatkan pekerjaan yang layak.

Baca juga: BP2MI imbau calon PMI gunakan jalur resmi agar terjamin keselamatannya

"Saat ini skema G to G sudah berjalan di tiga negara, yakni Jepang, Korea Selatan, dan Jerman. Dalam waktu dekat akan dibuka untuk negara Arab Saudi di sektor kesehatan," katanya.

Sementara itu, Kepala BP2MI Benny Ramdhani menyampaikan bahwa bagi masyarakat yang ingin bekerja di luar negeri harus sesuai prosedur atau resmi.

"Jika berangkat resmi ada proses, harus mengikuti pelatihan, belajar adat istiadat dan tentunya bahasa negara penempatan," katanya.

Menurut dia, jika berangkat tidak resmi, maka akan mengalami potensi permasalahan saat bekerja di luar negeri.

Baca juga: BP2MI: Negara hadir angkat harkat-martabat pekerja migran Indonesia

"Jangan mau dibujuk dan dijanjikan gaji tinggi dan iming-iming lainnya. Semua itu tentunya modus. Jika berangkat resmi harus cek kesehatan, jika tidak resmi tentu tidak. Jadi, siapkan diri kita untuk menyongsong masa depan yang lebih baik," tuturnya.

Pewarta: Zubi Mahrofi
Editor: Bambang Sutopo Hadi
Copyright © ANTARA 2023