Miom atau fibroid rahim merupakan pertumbuhan otot dan jaringan yang terbentuk di dalam atau di dinding rahim (tumor jinak) dan ini bisa memunculkan gejala salah satunya perdarahan.
"Misalnya perdarahan lama dan banyak biasanya berkaitan dengan tumor yang tumbuh ke dalam dari rongga rahim. Kalau gejala penekanan itu pada miom tumbuh keluar dari rongga perut dan menekan organ sekitarnya," kata Sigit di Jakarta, Selasa.
Gejala lainnya bisa meliputi keputihan jangka panjang, kemudian sensasi tertekan bergantung lokasi miom misalnya bila tumbuh di kandung kencing maka gejala di saluran kencing lebih seperti sering buang air kecil.
Baca juga: Perlukah operasi angkat rahim gara-gara endometriosis?
Selain itu, pasien juga bisa mengalami sembelit, pembesaran perut, nyeri saat berhubungan intim, nyeri punggung bawah dan keguguran berulang.
"Meskipun demikian, beberapa perempuan juga tidak bergejala sehingga tidak menyadari bahwa dirinya mengidap fibroid,” kata Sigit.
Berdasarkan penelitian pada tahun 2019 yang dipublikasikan jurnal BMC Public Health, terdapat kasus miom mencapai 226 juta di seluruh dunia dan 9,64 juta di antaranya merupakan kasus baru.
Sekitar 20 - 25 persen kasus miom ditemukan pada perempuan berusia produktif, sementara 30 - 40 persen ditemukan pada perempuan berusia di atas 40 tahun.
Di Indonesia, statistik kasus miom belum diketahui secara pasti. Namun, sebuah studi di salah satu rumah sakit di Bandung pada tahun 2015 menunjukkan bahwa kasus baru miom berkisar antara 6,43 -12,46 persen.
Sigit mengatakan beberapa faktor risiko miom meliputi usia, menstruasi dini, terlambat menopause, adanya riwayat miom pada anggota keluarga, obesitas atau berat badan berlebih, dan tidak memiliki anak.
Dia lalu mengingatkan mereka yang memiliki faktor risiko perlu berhati-hati dan jika sudah terkena maka harus segera mengatasinya.
Sigit mengakui kebanyakan miom tidak menyebabkan komplikasi serius, namun jika dibiarkan bisa menimbulkan rasa nyeri, pendarahan hebat yang menyebabkan anemia berat, infertilitas dan keguguran (meskipun jarang).
Selain itu, miom dengan jenis dan derajat tertentu juga berpotensi meningkatkan risiko pada masa kehamilan, seperti hambatan pertumbuhan janin dan kelahiran prematur.
"Dengan demikian tanpa disadari, kasus mioma yang tidak ditangani dengan baik juga akan memberikan beban ekonomi (economic burden) karena masa perawatan akan lebih lama dan juga butuh tambahan perawatan lainnya,” ujar dia.
Baca juga: Pentingnya deteksi dini tumor dan kanker payudara
Baca juga: POGI: Perempuan harus divaksinasi HPV meski sudah berhubungan seksual
Baca juga: Dokter: Periksakan rahim secara rutin meski hanya alami keputihan
Pewarta: Lia Wanadriani Santosa
Editor: Maria Rosari Dwi Putri
Copyright © ANTARA 2023