Jakarta (ANTARA News) - Komisi Pemilihan Umum (KPU) memantau pelaksanaan pemilihan umum di Malaysia yang digelar Minggu (5/5) dan menyampaikan beberapa catatan.
"Masyarakat di sana antusias mengikuti pemilu, antreannya saja panjang, dan surat suara mereka ada tandanya seperti karcis, setiap orang datang kemudian disobek," ujar Komisioner KPU Arief Budiman di Jakarta, Senin.
Arief mengatakan, polisi dan tentara Malaysia boleh menggunakan hak pilihnya, namun waktunya lebih cepat dibandingkan masyarakat umum, karena pada hari pemilihan, para aparat tersebut berjaga di Tempat Pemungutan Suara (TPS).
"Jadi di sana itu polisi yang menjaga TPS, sebagian besar tidak menggunakan senapan, namun ada juga yang membawa laras panjang. Mungkin bagi masyarakat di sana sudah terbiasa," kata Arief.
Selain itu, Arief mengemukakan bahwa TPS ditempatkan di sekolah-sekolah dengan membedakan batas usia para pemilih. Misalnya, sekolah tersebut memiliki tiga lantai, maka TPS untuk pemilih berusia 50 tahun ke atas ditempatkan di lantai satu, kemudian usia 50 tahun ke bawah di lantai dua dan usia remaja di lantai tiga.
"Di sekolah itu, misalnya, ada lima TPS, begitu pemilih datang, mereka langsung diarahkan, ini TPS untuk usia 50 di nomor empat, untuk anak muda di TPS nomor satu, mereka punya mekanisme seperti itu," kata Arief.
Sementara itu, terkait pelaksanaan kampanye, Arief mengatakan di beberapa tempat dan dua jam setelah masa kampanye ditutup, masyarakat masih bergerak di jalan.
"Pada pukul 00.00 malam (waktu setempat) harusnya sudah selesai, ternyata saya jalan pukul 02.00 pagi (waktu setempat), kampanye itu masih luar biasa," kata Arief.
Arief bersama Ketua KPU Husni Kamil Manik dan dua komisioner lainnya, yaitu Ferry Kurnia Rizkiyansyah dan Juri Ardiantoro hadir dalam peninjauan pelaksanaan pemilu di Malaysia Minggu (5/5) atas undangan KPU Malaysia.
Pewarta: Sella Panduarsa Gareta
Editor: Unggul Tri Ratomo
Copyright © ANTARA 2013