...meningkatkan target energi terbarukan tiga kali lipat lebih besar atau setara 11 ribu GW pada COP-28.
Jakarta (ANTARA) - Sebanyak 200 perusahaan dan organisasi dunia mempublikasikan surat terbuka berisi tuntutan untuk meningkatkan target energi terbarukan tiga kali lipat lebih besar atau setara 11 ribu gigawatt (GW) pada COP-28.

Konferensi Iklim ke-28 PBB (COP-28) akan digelar di Dubai, Uni Emirat Arab (UEA), November 2023. Adapun, surat tersebut sebelumnya disampaikan dalam Majelis Umum PBB dan New York Climate Week pada September 2023.

"Kami sebuah grup yang terdiri dari 200 organisasi global, dengan tegas menyerukan kepada pemimpin-pemimpin dunia dan berbagai pihak terkait Perjanjian Paris untuk menyepakati target global energi terbarukan tiga kali lipat lebih besar menjadi setidaknya 11 ribu GW pada 2030 dalam COP28 tahun ini," kata Communications Officer the Global Renewables Alliance (GRA) Rachel Cheng sebagaimana isi surat tersebut yang diterima di Jakarta, Senin.

Selanjutnya dalam surat itu, juga digarisbawahi bahwa gebrakan langkah dalam pertumbuhan energi terbarukan pada dekade ini dikombinasikan dengan peningkatan efisiensi energi akan menjadi cara tercepat dan paling hemat biaya untuk mendekarbonisasi ekonomi global.

Langkah tersebut akan menjadi komitmen komunitas global yang paling berdampak untuk memastikan masa depan yang layak huni bagi semua.

Masih melalui surat itu, Rachel mengatakan target global pada 2030 mengirimkan sinyal jelas pada pemerintah, industri, investor, dan masyarakat sipil bahwa diperlukan penyebaran energi terbarukan dalam skala fantastis dan cepat dalam tujuh tahun mendatang untuk membatasi pemanasan global maksimal 1,5 derajat Celsius.

Hal itu juga mengacu pada pengakuan dunia dalam COP-27 2022 terkait urgensi mentransformasi sistem energi pada dekade kritis yang butuh aksi tersebut.

Kemudian, kata dia, Presidensi COP28, pembuat kebijakan, dan kepala agensi energi internasional telah mengakumulasi target bersama untuk meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat lebih besar menjadi sekitar 11 ribu GW pada 2030.

"Hal ini berarti percepatan pembangunan pembangkit listrik berbasis angin, surya, air, dan panas bumi akan mendorong pengembangan teknologi penyimpanan energi berdurasi panjang dan hidrogen hijau. Alhasil, sistem energi tidak hanya akan dipastikan bersih, tetapi juga andal dan adil, serta akan menjadi fondasi sistem energi netral karbon pada 2050," ujar Rachel.

Ia mengungkapkan bahwa energi terbarukan telah mengubah berbagai komunikasi di seluruh dunia seperti melistriki rumah, pabrik-pabrik, dan mobil-mobil dengan listrik bersih; menciptakan jutaan pekerjaan hijau; dan menarik modal swasta dan publik untuk mendorong pertumbuhan ekonomi.

"Meningkatkan kegiatan ini hingga tiga kali lipat menunjukkan peluang yang luar biasa besar untuk mengurangi kerugian dan kerusakan yang dialami alam dan masyarakat akibat perubahan iklim yang berbahaya, dan mengarahkan dunia pada pertumbuhan berkelanjutan, inklusif, dan berketahanan iklim," ujarnya pula.

Meski setiap negara dan regional akan mengadopsi pendekatan nasional masing-masing terhadap target bersama tersebut, terdapat faktor-faktor pendukung universal untuk mempercepat energi terbarukan.

Adapun, tindakan mendesak berikut dibutuhkan untuk merealisasikan target, di antaranya berkomitmen pada rencana transisi energi yang ambisius, menyederhanakan skema perizinan, berinvestasi dalam rencana pengembangan jaringan, membentuk kerja sama energi terbarukan multilateral dan perjanjian perdagangan.

Berikutnya, memaksimalkan potensi transisi energi yang berpihak pada alam, memperkuat komitmen pada target pembangunan berkelanjutan (SDGs 7) dan pembuat kebijakan juga harus mempertimbangkan faktor pendukung lainnya.

"Kami mengakui bahwa meningkatkan kapasitas energi terbarukan hingga tiga kali lipat pada 2030 merupakan lompatan besar aksi iklim. Untuk itu, dibutuhkan kerja bersama pemerintah, industri, dan komunitas finansial untuk mempercepat kebijakan dan regulasi guna memperluas pengembangan proyek, menarik investasi baru ke sektor energi dan pembangunan infrastruktur, termasuk transmisi dan hub rantai pasok," ujar Rachel.
Baca juga: Ikhtiar menuju nol emisi karbon
Baca juga: IESR ungkap tantangan percepatan transformasi sektor ketenagalistrikan

Pewarta: Benardy Ferdiansyah
Editor: Budisantoso Budiman
Copyright © ANTARA 2023