Yogyakarta (ANTARA) - Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Daerah Istimewa Yogyakarta menyebut fenomena kekeringan akibat kemarau panjang tidak signifikan mempengaruhi produksi ikan budi daya di provinsi ini.
"Kalau secara keseluruhan di DIY dampaknya tidak signifikan, hanya di daerah-daerah tertentu saja," kata Kepala Bidang Perikanan Budi Daya DKP DIY Suwarto di Yogyakarta, Senin.
Suwarto menuturkan kekeringan akibat kemarau panjang hanya berpengaruh pada budi daya ikan yang memanfaatkan saluran irigasi.
Dari seluruh pembudidaya ikan di DIY yang jumlahnya mencapai lebih dari 34 ribu orang, menurut dia, yang memanfaatkan air irigasi untuk produksi ikan hanya 5 sampai 10 persen, selebihnya menggunakan sumber air sumur bor.
"Yang menggunakan air irigasi jumlahnya sangat sedikit, selebihnya memanfaatkan sumur bor," kata dia.
Menurut Suwarto, pemanfaatan aliran air irigasi hanya ditemukan di beberapa tempat, antara lain di sepanjang Sungai Opak di Kabupaten Sleman dan beberapa lokasi di Kabupaten Bantul.
"Itu pun mereka sudah kami wanti-wanti untuk tidak menggunakan irigasi karena rawan konflik pemanfaatan air dengan petani," ujar dia.
Dengan penggunaan air irigasi tidak banyak maka Suwarto optimistis target produksi ikan budi daya di DIY yang dicanangkan mencapai lebih dari 96 ribu ton hingga akhir 2023 bakal tetap tercapai.
Suwarto mengakui ada sedikit pelambatan pada sektor pembibitan ikan akibat fluktuasi suhu selama kemarau yang mempengaruhi nafsu makan ikan.
Meski demikian, hal tersebut tidak terlalu banyak berdampak pada produksi mengingat jenis ikan yang dibudidayakan di DIY lebih banyak jenis ikan lele yang dikenal tahan dengan fluktuasi suhu.
"Ikan budi daya di DIY terbesar masih lele. Dari 100 persen target, 30 persen adalah ikan lele, diikuti ikan nila, sedangkan jenis yang lain tidak terlalu besar," ujar dia.
Sebelumnya, Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) menyampaikan peringatan dini bahwa 21 kecamatan di DIY statusnya awas mengalami kekeringan meteorologis.
Berdasarkan hasil pemantauan BMKG Yogyakarta terhadap curah hujan hingga 10 September 2023 wilayah yang berstatus awas kekeringan di antaranya Kecamatan Banguntapan, Bantul, Dlingo, Imogiri, Kasihan, Pundong, Sedayu, dan Sewon di Kabupaten Bantul.
Berikutnya, Kecamatan Gedangsari, Girisubo, Karangmojo, Ngawen, Playen, Ponjong, dan Wonosari di Kabupaten Gunungkidul serta Kecamatan Berbah, Cangkringan, Depok, Gamping, Kalasan, dan Sleman di Kabupaten Sleman juga berstatus awas kekeringan.
Baca juga: KKP dongkrak produksi ikan bandeng dengan tambak model klaster
Pewarta: Luqman Hakim
Editor: Nurul Aulia Badar
Copyright © ANTARA 2023